LAJUR.CO, KENDARI – Namanya Arman Gelo (34). Ia adalah sedikit sarjana lulusan D3 Teknik Mesin Universitas Halu Oleo (UHO) di Kota Kendari yang banting setir melakoni profesi sebagai petani.
Di tengah ramai kalangan milenial Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) berburu kerja mentereng di sektor tambang, Arman justru memilih merintis usaha di bidang pertanian. Pria bernama lengkap Arman Gelo itu sibuk mengurusi kebun sayur sambil sesekali menjual produk madu yang ia peroleh dari petani madu hutan.
Ia mengaku pernah sekali bekerja sebagai karyawan sebuah perusahaan sawit di Kalimantan. Namun, pekerjaan ini dianggap tak sesuai passion Arman yang memang sejak dulu senang dengan dunia pertanian.
Ia kemudian memilih pulang kampung dan menggarap kebun sayur di Kabupaten Konawe Selatan.
“Hasil dari kebun itu memuaskan, asalkan kita tekun dan sabar lewati prosesnya. Pasti ada gagal di awal,” kata dia.
Arman mengaku mulai tertarik dengan dunia pertanian sejak tahun 2021. Keputusannya itu berawal dari seringnya bergaul dan berinteraksi dengan para petani. Mereka kerap kali mendiskusikan hal-hal soal pertanian dan mulai mencoba menanam beberapa sayur seperti cabai.
“Awalnya saya coba tanam cabai di Konsel, namun gagal. Saya coba lagi dan gagal lagi sampai percobaan ketiga, Alhamdulillah hasilnya bagus. Nah mulai dari situ saya mencoba untuk kembangkan. Rasanya puas dan senang saja liat tanaman dipelihara dari masih kondisi kecil sampai panen,” ujar Arman, Sabtu (21/10/2023).
Selain itu, menekuni aktivitas berkebun juga merupakan salah satu hobi bagi Arman. Masa kecil Arman memang lebih banyak dihabiskan bersama keluarga di ladang. Baginya, bekerja sebagai petani punya tantangan tersendiri ketimbang menjadi pekerja kantoran.
Ia juga tak gengsi. Seiring waktu, Arman mulai memperbanyak jenis tanaman yang ditanam. Diantaranya cabai, terong dan kacang panjang. Dari Konsel, ia mengembangkan usaha pertanian di Kota Kendari agar lebih dekat dengan kediamannya saat ini
Meski tanah yang digarap tak begitu luas, ia mampu meraup omset jutaan rupiah dari panen sayur mayur. Belum lagi pendapatan dari penjualan madu hutan dianggap Arman sudah sangat cukup menghidupi keluarga kecilnya.
“Saya tanam cabai 2.300 batang itu bisa sampai 45 kali panen (1,5 ton) selama satu tahun, dan dapat kembali modal. Harga jual Rp45 ribu. Lumayan. Bahkan bisa menabung juga dari situ,” kata Arman.
Arman kadang menjual hasil kebunnya ke pengumpul di pasar tradisional Kota Kendari. Jika sedang sepi pembeli atau harga pasar cenderung murah, Arman putar strategi menjual langsung hasil panennya ke rumah makan langganan.
Prospek dari usaha berkebun diakui Arman sangat menjanjikan jika diseriusi dengan baik. Apalagi, kata dia, banyak perusahaan tambang di Sultra yang membutuhkan pasokan sayur dalam jumlah besar untuk karyawan.
“Banyak yang tidak manfaatkan peluang ini. Padahal permintaan sayur tinggi sekali sejak ada tambang di sini,” lanjut Arman.
Meski usaha budidaya sayur punya peluang ekonomi menjanjikan, bukan berarti pekerjaan ini nihil masalah. Kata Arman, kondisi gagal panen hingga operasional membengkak akibat harga pupuk naik pernah dirasakan.
“Kadang gagal panen. Harga pupuk naik, cuaca yang tidak menentu juga bikin kita stres. Tapi tidak seberapa kalau pas dapat panen bagus. Saya juga sambil jual madu, jadi cukuplah untuk kebutuhan keluarga. Ada juga tabungan dari sini. Saya pikir semua kerjaan pasti ada tantangannya, tergantung bagaimana kita hadapi. Jadi petani, kita memang mesti pintar-pintar menabung karena baru ada duit saat panen,” ungkap Arman.
Seperti saat ini, Arman tengah mengembang budidaya kacang panjang di sebuah lahan yang tak begitu luas di Kota Kendari. Musim kemarau berkepanjangan melanda Kota Kendari membuatnya harus putar otak agar tanaman tersebut tak mati lemas kekurangan air hingga periode panen beberapa pekan kedepan.
“Seperti sekarang lagi musim kering, pintar-pintarnya kita atur bagaimana tanaman tetap bertahan dan airnya tercukupi dari sumur. Tanaman kacang panjang yang saya tanam ini dari awal sampai sekarang ini, tidak kena musim hujan. Jadi kita buat bedeng tertutup, buat model pengairan tetes biar bisa hemat air dan tidak cape angkut air dari sumur untuk siram tanaman,” ungkap Arman.
Tiga tahun melakoni prosesi sebagai petani, Arman mengakui kerjanya tersebut mampu memenuhi kebutuhan harian keluarga. Ia pun punya sedikit tabungan sebagai jaga-jaga di musim panceklik sambil menunggu periode panen.
Bagi Arman ada kepuasan tersendiri menghasilkan rupiah dari usaha berkebun. Ia berpesan agar generasi muda tak gengsi berkebun, memanfaatkan peluang di bidang pertanian.
“Yang pasti kalau kita menekuni dan sabar menjalani pekerjaan maka akan besar juga hasil yang diperoleh. Tidak perlu malu sepanjang pekerjaan kita halal,” cerita Arman.
Laporan : Putri Al Adwia