LAJUR.CO, KENDARI – Komitmen PT Vale Indonesia dalam mencapai target zero waste diterapkan secara menyeluruh, salah satunya melalui kehadiran Segregation Plant Unit, sebuah fasilitas daur ulang terpadu. Berdiri sejak tahun 2012, fasilitas seluas hampir setengah hektar itu memainkan peran sentral dalam pengelolaan sampah berdasarkan prinsip Reduce, Reuse, Recycle (3R).
Berlokasi tidak jauh dari kompleks hunian karyawan, Segregation Plant Unit difokuskan mengorganisir polusi sampah domestik dari aktivitas karyawan dan masyarakat sekitar PT Vale IGP Sorowako.
Pemilahan sampah dilakukan secara teliti di fasilitas Segregation Unit Plant. Sampah anorganik seperti plastik, kaleng, dan sejenisnya yang memiliki nilai ekonomis dipilah, kemudian disumbangkan ke komunitas, BUMDes, atau bank sampah lokal.
Menurut Senior Manager Environment & Reclamation Operation PT Vale Indonesia, Muhammad Firdaus Muttaqi, pemilahan sampah merupakan langkah awal sebelum berbagai proses pengolahan lanjutan dilakukan, untuk menentukan treatment yang tepat.
Secara khusus, sampah plastik dipadatkan menggunakan mesin press hidrolik, lalu dikirim ke bank sampah di Sorowako.
“Sampah plastik paling tinggi. Kapasitasnya 10–20 ton sampah plastik yang diproduksi di sini,” ujar Firdaus kepada jurnalis saat Media Visit PT Vale Indonesia, Jumat (25/5/2025).
Di kompleks yang sama, terdapat tempat khusus mengolah limbah organik dari aktivitas rumah tangga karyawan atau kantin. Karyawan bermukim di kompleks perusahaan sendiri sudah menerapkan program emberesasi, memilah sampah organik langsung dari dapur.
Langkah ini terbukti efektif dalam mempercepat proses pemilahan ketika sampah masuk ke Segregation Plant Unit PT Vale Sorowako. Sisa makanan sebagai limbah dapur didaur ulang melalui budidaya maggot atay larva lalat Black Soldier Fly yang berfungsi sebagai pengurai alami dan ramah lingkungan.
Hasil panen maggot dewasa dapat dimanfaatkan kembali secara komersial sebagai sumber protein tinggi untuk bahan pakan ternak. Sementara itu limbah maggot berupa kasgot (kotoran maggot) diolah menjadi kompos organik.
“Maggot ini bisa dipakai untuk pakan ternak, sementara sisanya untuk kompos organik yang didonasikan kembali ke nursery,” terang Firdaus. Adm
