LAJUR.CO, KENDARI – Tuberkulosis (TBC) masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius di Indonesia. Berdasarkan Global TB Report 2024, Indonesia menempati posisi kedua dunia dalam hal beban kasus TBC setelah India. Jumlah kasus kematian akibat tuberkulosis (TBC) di RI juga meningkat dari tahun ke tahun, menurut Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Benjamin Paulus Octavianus.
Mengutip detikcom (13/11), Benjamin menyebut jumlah kematian akibat TBC jauh lebih banyak dibanding COVID-19. Meski demikian, hal ini kerap tidak disadari oleh masyarakat karena penyakit ini berkembang secara perlahan.
“Bayangkan yang meninggal di atas 125 ribu. Yang meninggal karena TBC lebih banyak daripada COVID, tapi kita nggak anggap,” kata Benjamin usai bertemu Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung di Balai Kota DKI, Kamis (13/11/2025).

Benjamin bertemu Pramono dalam rangka penanganan TBC di Jakarta. Dia menyinggung Indonesia menempati posisi kedua tertinggi di dunia untuk jumlah kasus TBC setelah India.
“Sekitar 10 persen penyakit TBC dunia ada di Indonesia,” ujarnya.
Benjamin menegaskan bahwa pemberantasan TBC tidak bisa hanya dilakukan lewat pengobatan medis, tetapi juga dengan perbaikan faktor sosial ekonomi dan gizi masyarakat.
“Orang yang kurang gizi, daya tahan tubuhnya lemah, atau diabetesnya tidak terkontrol, itu rentan TBC. Maka penanganannya harus lintas sektor,” paparnya.
“Kita mau serius, karena kalau 300 ribu orang sakit TBC berkeliaran, penyakit ini tidak akan pernah hilang dari Indonesia,” tegasnya.
Kementerian Kesehatan menargetkan Indonesia bisa menurunkan angka kasus TBC secara signifikan pada 2030. Hal itu sejalan dengan target World Health Organization (WHO) untuk eliminasi TBC secara global.
Menurut data Kementerian Kesehatan, pencapaian inisiasi pengobatan TBC sensitif obat (SO) masih berada di angka 81%, di bawah target 90%. Sementara itu, keberhasilan pengobatan TBC resisten obat (RO) baru mencapai 58%, jauh dari target 80%. Adm
Sumber : Cnbcindonesia.com




