SULTRABERITA.ID, KENDARI – Program Gubernur Sultra, Ali Mazi memaksimalkan penggunaan Aspal Buton (Asbuton) untuk mendukung project infrastruktur skala nasional mulai membuahkan hasil. Langkah jitu Gubernur Sultra dua periode itu sekaligus secara perlahan akan memutus ketergantungan impor kebutuhan aspal pemerintah Indonesia.
Gayung bersambut, Kementrian Koordinator Maritim dan Investasi (Kemenko Marves) RI digawangi Menteri Luhut Binsar Panjaitan secara khusus mengutus deputi dan tim untuk meninjau lokasi eksplorasi dan pabrik Asbuton di Kecamatan Lawele Kebupaten Buton, Senin (1/2/2021).
Gubernur Ali Mazi menyatakan, ekspor Asbuton bukan lagi wacana. Pemerintah pusat bahkan telah membuat pilot project infrastruktur jalan 1000 KM untuk Aspal Buton.
“Benar-benar serius, bahkan disambut dengan pilot projek 1000 Km. Nilai Aspal Buton kita sama dengan Rp 52 triliun. Makanya Dirjen Kemenko Marves diutus hadir di Sultra. Saya datang dan siapkan kedatangan Dirjen Pusat. Mereka lihat langsung potensi Aspal Buton. Apakah penuhi persyaratan atau belum. Kira-kira berapa tahun deposit. Ahli dan asosiasi juga,” papar Ali Mazi pada media Sultraberita.id.
Mendampingi kedatangan Dirjen Kemenko Marves RI, Ali Mazi serta Bupati Buton, La Bakry dan kepala OPD terkait melakukan roadshow ke site eksplorasi Asbuton PT Wijaya Karya Bitumen di Lawele pabrik PT Kartika Prima Abadi, dermaga ekspor aspal di Pelabuhan Nambo dan Pelabuhan Banabungi di Pasarwajo.
Di lokasi tambang PT Wijaya Karya Bitumen, Ali Mazi memaparkan gambaran kualitas dan berapa besar deposit Asbuton yang diyakni bisa mengakomodir kebutuhan bahan baku project infrastruktur jalan nasional hingga beberapa puluh tahun kedepan.
“Di sini ada 100 Ha. Kira-kira 5-10 tahun tidak habis. Tim Deputi bisa melihat bahwa ini bukan rekayasa. Nyata. Aspal Buton bisa digunakan untuk kepentingan bangsa,” jelas Ali Mazi.
Distribusi Dibackup Dermaga Nambo dan Banabungi
Untuk membackup distribusi Aspal Buton, sudah ada dua dermaga yang bisa digunakan sebagai gerbang utama hilir mudik komoditi tambang tersebut. Dua dermaga dimaksud yakni Pelabuhan Nambo dan Pelabuhan Banabungi Kabupaten Buton.
Kepala Dinas Perhubungan Sultra, Hado Hasina menjelaskan, Pelabuhan Banabungi berfungsi sebagai pintu laut antar pulau produk Aspal Buton dari site tambang di Lawele.
Sementara Pelabuhan Nambo diprioritaskan sebagai outlet utama distribusi Asbuton berupa Lawele Granular Asphalt (LGA).
Kualitas Teruji
Kepala Dinas Perhubungan Sultra, Hado Hasina mengatakan kualitas Asbuton tak kalah saing dengan produk aspal impor. Produk Lawele Granular Asphalt (LGA) dan Buton Granular Asphalt (BGS) dari site tambang Tanah Wolio itu sudah pernah diujicoba.
Keduanya menjadi bahan baku lapis permukaan beraspal Buton yang menggunakan spesifikasi bina marga Cold Paving Hotmix Asbuton (CPHMA) dan Butur Seal, Buton Utara Seal atau lapis tipis Asbuton Seal.
“Kalau ini banyak mengirim produk Asbuton Granular Asphalt (BGA) Spek Butur Seal ini adalah hasil studi lapangan, ujicoba lapangan di Buton Utara yg diprakarsai PU Butur pada tahun 2009 – 2011, kemudian menjadi standar binamarga pada tahun 2014 juga CPHMA,” jelas mantan pejabat Buton Utara itu.
CPHMA, lanjut Hado dapat disebut campiran hotmix Asbuton hampar dingin. Selama ini aspal minyak di negara Indonesia berbentuk campuran panas hampar panas. Namanya lazim disebut hotmix asphalt dari bahan pengikat aspal minyak yang dominan merupakan produk impor.
Aspal minyak ini berasal dari hasil penyulingan minyak bumi. Atau produk samping dari penyulingan minyak bumi yg produknya berupa gas, bensin, minyak tanah dan lainnya.
Berbeda dengan Aspal Buton yang padat dan dikemas layaknya produk semen. Tidak lagi dijual dalam paket drum melainkan packing khusus yang bisa lebur bersama aspal.
Efisien dan Ramah Lingkungan
Tim Deputi Kemenko Marves RI juga sempat diperlihatkan langsung bagaimana fisik Aspal Buton yang lebih ramah lingkungan di pabrik PT Kartika Karya Abadi Desa Suandala Lawele dan PT Wijaya Karya Bitumen.
“Kemasan produk 25 Kg atau 50 Kg, tidak pakai drum, mengurangi kerusakan lingkungan karena tidak ada sisa drum dan tidak ada sisa aspal. Dengan packing demikian bisa menghemat biaya transportasi, tidak perlu pemanasan dan bisa dibeli dalam kualitas kecil. Penghematan biaya penyimpanan, tidak perlu pemanasan dan tempat luas seperti aspal cair,” jelas salah satu direksi PT Kartika Karya Abadi dihadapan Gubernur Ali Mazi dan rombongan Dirjen Kemenko Marves RI.
Tahap awal, pabrik dengan high technology ini diproyeksi memproduksi 100.000 aspal ekstrak pertahun. Untuk para produksi tersebut, kebutuhan bahan baku berkisar 500 ribu ton. Tahap dua produksi dimaksimalkan menjadi 500 ribu aspal ekstrak pertahun dengan kebutuhan bahan baku 2,5 juta ton.
“Sejak lahir Belanda dari tahun 1926 tapi tidak ada yang gunakan high teknologi seperti ini. Dengan tentu kita akan bantu percepatan program ini sehingga bisa segera dijual dan dipergunakan. Makanya deputi jadikan Asbuton untuk menyokong proyek infrastruktur nasional,” papar Ali Mazi. Adm