OPINI

Degradasi Moral: Anak Menggugat, Orang Tua Tersayat

×

Degradasi Moral: Anak Menggugat, Orang Tua Tersayat

Sebarkan artikel ini

Oleh : Sartinah (Pemerhati Sosial Konsel)

“Jika di kaki bunda kamu akan temukan surga, maka di kaki ayah kamu akan temukan kekuatan dan pelajaran tentang perjuangan hidup.”

Kata mutiara indah nan penuh makna tersebut tampaknya tak lagi menyentuh kalbu sebagian anak. Mereka seolah enggan berburu surga di “telapak kaki” ibu dan tidak lagi menghargai perjuangan ayah. Alih-alih menghormati orang tua, berbagai permasalahan justru sering memantik konflik antara keduanya.

Fenomena anak gugat orang tua jamak terjadi di negeri ini. Di antaranya kisah pilu seorang ibu bernama Rodiah. Warga Kampung Gudang Huut, Jawa Barat tersebut digugat oleh kelima anak kandungnya atas tuduhan penggelapan surat tanah almarhum suaminya. Juga kisah seorang ibu bernama Alkausar (72) asal Banda Aceh yang digugat anak kandungnya AH, gara-gara warisan rumah. (kompas.com, 4/12/2021)

Lunturnya Kasih Anak Lantaran Ekonomi

Menanggapi fenomena anak gugat orang tua, dosen Falkultas Hukum Universitas Padjadjaran Dr. Sonny Dewi Judiasih, M.H., C.N., mengatakan, secara norma anak-anak tidak boleh mengajukan gugatan kepada orang tuanya. Sebab, tindakan tersebut tidak selaras dengan norma yang ditetapkan dalam UU Perkawinan. Apalagi kasus-kasus tersebut didominasi oleh faktor ekonomi yang seharusnya tidak dilakukan.

Dalam sistem kehidupan yang serba kapitalistik, ekonomi menjadi faktor dominan yang mengalahkan banyal hal. Ekonomi mengalahkan hubungan persahabatan, persaudaraan, bahkan mampu mengikis rasa sayang dan hormat terhadap ayah maupun ibunya. Orang tua yang seharusnya dirawat dengan penuh kasih, kini ibarat benalu yang menggerogoti hidup sang anak.

Bahkan dalam banyak kasus, relasi antara orang tua dan anak hanya berlandaskan hubungan manfaat. Bila anak atau orang tua memberikan manfaat berupa materi, maka hubungan keduanya terjalin baik. Namun bila kondisi sebaliknya terjadi, konflik antarkeluarga tidak bisa dihindari. Banyak anak yang tega membuang orang tuanya, bahkan sampai memejahijaukan orang yang melahirkannya. Lantas, mengapa kasus-kasus seperti ini terus terjadi?

Kapitalisme Memproduksi Kepribadian tak Acuh

Maraknya kasus penelantaran anak hingga fenomena menggugat orang tua adalah konsekuensi logis dari penerapan sistem kapitalisme sekuler. Sistem ini menjadikan materi sebagai dasar kehidupan. Selain itu, sistem ini juga memuja kebebasan tanpa batas. Siapa pun boleh berbuat semaunya selama tidak merugikan dan mengganggu orang lain.

Maka tidak heran jika pemikiran menyimpang yang jauh dari tuntunan agama terus berkembang. Tersebab lemahnya pemahaman agama inilah yang menyebabkan manusia memiliki disorientasi hidup. Roh kapitalisme benar-benar meluluhlantakkan relasi antarmanusia, bahkan memupus rasa hormat anak kepada orang tuanya.

Pola kehidupan semacam ini akan terus tumbuh dan berkembang selama sistem kapitalisme sekuler masih diemban. Selama itu pula akan muncul kasus serupa di mana anak tega membuang orang tua, bahkan menggugatnya di pengadilan. Dibutuhkan solusi fundamental untuk mengubah kehidupan yang berlandaskan sekuler dan liberal.

Hubungan Orang Tua dan Anak dalam Islam

Bila kapitalisme menempatkan relasi antara orang tua dan anak sebatas manfaat, maka Islam memiliki metode khas untuk membangun hubungan harmonis antara keduanya. Dalam Islam, orang tua memiliki kedudukan mulia dan tidak berubah sampai kapan pun. Allah Swt. telah menciptakan gharizatun nau’, berupa rasa cinta kepada setiap manusia. Naluri ini pula yang memunculkan kecintaan orang tua kepada anaknya, begitu pun sebaliknya.

Islam memerintahkan agar setiap anak berbakti kepada orang tuanya. Seorang ayah tak kenal lelah berjuang menafkahi anaknya sejak kecil. Peluh bercucuran pun tidak dipedulikannya karena rasa sayang dan tanggung jawab terhadap anaknya. Ibu pun teramat berjasa dengan mengandung, melahirkan, menyusui, dan merawat anak-anaknya hingga dewasa. Karena itu, merupakan dosa besar jika berlaku kasar, menelantarkan, apalagi menggugatnya hanya karena alasan materi.

Allah Swt. pun telah memerintahkan agar setiap anak berbakti kepada orang tuanya. Allah Swt. berfirman: “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” (QS. al-Isra [17]: 23)

Sistem Islam menjamin lahirnya insan bertakwa yang paham tanggung jawabnya terhadap orang tua. Melalui sistem pendidikan Islam yang ditopang oleh sistem lainnya, anak-anak sangat paham bagaimana memperlakukan orang tuanya. Sejatinya, kunci kesuksesan seorang anak bukanlah dilihat dari tingginya gelar akademik, melainkan baiknya kualitas hubungan dengan orang tua. Di bawah naungan Islam tidak dijumpai kasus-kasus penelantaran orang tua oleh anaknya. Wallahu ‘alam bishshawab.

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x