SULTRABERITA.ID, KENDARI – Update data sebaran wabah Corona di Sulawesi Tenggara (Sultra) diumumkan Gugus Tugas Covid-19 Sultra, Kamis 18 Juni 2020, menghentak publik.
Jubir Gugus Tugas Covid-19 Sultra, Dokter La Ode Rabiul Awal merilis sebanyak 34 kasus baru terkonfirmasi positif terpapar Covid-19.
“Hari ini, ada penambahan 34 kasus baru. Sehingga total menjadi 326. Kasus sembuh tidak ada tambahan masih 203. Sehingga yang karantina 118 orang. Yang meninggal masih 5 orang,” rinci dr La Ode Rabiul Awal.
BACA JUGA :
- Sejarah Hari Bank Indonesia 5 Juli dan Bedanya dengan HUT BI
- Empat Unit Pertamina Patra Niaga Sulawesi Bersinar di BUMN Track CSR Awards
- Tarif Ojol Bakal Naik 15 Persen, Segini Harga per Km Berdasarkan Zona Wilayah
- Polres Koltim Gelar Upacara HUT Bhayangkara ke-79 di Aula Rujab Bupati
- Dorong Ekonomi Syariah, OJK Sultra Edukasi Keuangan di Sultra Maimo 2025
Mirisnya, rilis lonjakan kasus Corona virus sekaligus menyertai fakta mengenai cluster baru penyebaran wabah Covid-19 yakni Rumah Sakit Buton.
Dari 34 kasus baru Corona diumumkan Gugus Tugas Covid-19 Sultra, sebanyak 30 kasus berasal dari Kabupaten Buton, dengan rincian 27 pasien baru terdata sebagai tenaga kesehatan (nakes) di RSUD Buton. Sisanya, 3 kasus jejak transmisi tak lagi bisa terlancak karena bersifat sporadis.
Dari hasil telusur, 27 tenaga kesehatan ini bertautan erat dengan kasus PDP Corona yang meninggal di RSUD Buton pada 30 Mei 2020. Pasien wanita ini kemudian dinyatakan positif Corona berdasarkan hasil uji swab tenggorok yang diumumkan 5 Juni 2020.
Kata Dokter Wayong, rumah sakit kini menjadi cluster baru yang wajib dijejaki sebagai cluster baru penyebaran Covid-19 di Sultra selain cluster KM Dorolonda, Umroh, Gereja Bogor, KM Lambelu, Cluster Sukabumi yang telah menginfeksi banyak warga Bumi Anoa.
“Buton 30 orang, 27 adalah kontak erat Buton 4 dimana ini terkait dengan kontak PDP meninggal. 27 adalah nakes yang melahirkan cluster baru dalam rumah sakit, 3 yang lain (Buton) sporadis,” urai Ketua IDI Sultra itu.
“Kota Kendari 1 orang sporadis keperluan memeriksa swab melakukan perjalanan ternyata positif, Bombana 2 orang sporadis dari rapid test dan 1 orang Kolaka Timur dari kontak Kolaka Timur terakhir,” lanjut Dokter Wayong mengurai 4 pasien baru Corona selain dari Kabupaten Buton.
Sebanyak 27 nakes baru yang diumumkan hari ini menambah daftar jumlah aparat medis di RSUD Buton yang tertular Corona dari kasus PDP meninggal di fasilitas layanan medis plat merah tersebut.
Pada 11 Juni lalu, Gugus Tugas Covid-19 juga mengumumkan satu dari tiga kasus baru Corona di Buton merupakan tenaga kesehatan. Pasien Corona berstatus perawat ini berasal dari telusur kontak pasien PDP meninggal di RSUD Buton.
Sultra Masih Status Awas
Badan Penelitian dan Pengembangan Sultra menyatakan meski trend Corona cenderung landai akhir-akhir ini, Sultra sejatinya masih dalam status awas. Kondisi ini diprediksi bisa bertahan hingga dua bulan kedepan.
Informasi ini dipaparkan tim peneliti Prof Asrul Sani yang digandeng Balitbang Sultra dalam program inovasi pengembangan Sistem Informasi dan epidemiologi Covid-19 (Sidavid 19).
Jika protokol Covid-19 tidak dijalankan secara baik, potensi lonjakan kasus baru semakin tinggi.
Berdasarkan analisis Balitbang Sultra bekerjasama dengan sejumlah peneliti universitas, angka reproduksi Corona di Sultra berada pada kisaran R 1,07. Angka ini diperoleh dari data laju sebaran penemuan pasien positif dan yang berhasil pulih (recovery) selang pandemi Corona melanda Sultra.
R merupakan peringkat pada penyebaran sebuah penyakit. Sementara angka yang mengikuti huruf R diartikan sebagai jumlah rata-rata orang yang bisa ditulari oleh seorang pengidap (Corona,red).
R 1,07 berarti satu orang pengidap Corona di Sultra rerata bisa menginfeksi satu orang lain.
Angka-angka ini sendiri sangat penting dan menjadi bagian kunci penting dalam pengambilan kebijakan pemerintah di dunia mengenai pencabutan karantina wilayah alias lockdown. Di Indonesia hasil pemodelan ini menjadi rujukan dalam Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), termasuk salah satu indikator yang menjadi rujukan keputusan kebijakan pelonggaran aktifitas ekonomi di masa transisi menuju New Normal.
“Nilai (Sultra) R 1,07. Ini early warning untuk kita. Makanya perketat prosedur Covid-19. Tetap dalam situasi awas. Tetap persiapkan tempat katantina/isolasi memadai. Jangan nyaman dulu. Prediksi dua bulan (kedepan) kita belum aman,” papar Prof Asrul Sani saat sidang Tim Pengendali Mutu Kegiatan Sistem Data Epidemiologi Covid-19 (Sidavid 19) dalam rangka strategi dan agenda penanganan Covid-19 RSUD Bahteramas di Kantor Balitbang Sultra, Kamis 18 Juni 2020.
Jika angka reporduksi R bisa berada di bawah satu (satu orang positif berpotensi tidak akan menularkan pada yang lain), Sultra bisa leluasa membuka akses di berbagai sektor di masa pandemi.
Kepala Balitbang Sultra, Sukanto Toding menyatakan semenjak wabah Corona merembes ke Sultra, Balitbang melakukan inovasi dengan tim peneliti mengembangkan aplikasi (Sidavid 19) guna menampilkan data fakta ril kasus wabah Corona di Bumi Anoa.
“Bagaimana pola sebaran Covid-19, faktor risiko. Kita berupaya agar data disajikan benar-benar ril. Data ini diharapkan bisa menjadi rujukan pemerintah dalam penentuan kebijakan penanganan Covid-19,” ulas Sukanto.
“Selama masa Covid-19, OPD memang dipacu untuk memberi kontribusi. Selain pemodelan diatas, kita juga mengembangkan dasbor Lapor Bansos,” pungkasnya. Adm