LAJUR.CO, KENDARI – Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Sulawesi Tenggara (Sultra) bersiap melakukan kick off program budidaya maggot pada September ini. Program budidaya maggot berupaya salah satu inovasi berkelanjutan yang dicanangkan DLH Sultra untuk mengatasi permasalahan sampah organik sekaligus menjadi solusi peningkatan ekonomi bagi masyarakat miskin ekstrem yang bakal terlibat dalam program tersebut.
Kepala DLH Sultra Dr Andi Makkawaru mengatakan, sebaran sampah organik di Provinsi Sultra terbilang tinggi, mencapai 60 persen dari total komposisi sampah yang menumpuk setiap tahun.
Kata mantan Pj Bupati Kolaka tersebut, DLH Sultra mencatat total timbulan sampah di Sultra terus meningkatkan. Tahun 2023, timbulan sampah organik berkisar 437.958 ton.
“Masalah sampah menjadi atensi Pak Pj Gubernur Sultra. Sekitar 60 persen dari timbulan sampah itu adalah sampah sisa makanan, sayuran. Kategori sampah organik. Itu tidak dikelola. Sampah-sampah ini yang kemudian nanti dimanfaatkan sebagai pakan magot. Kita rencanakan program maggot jalan September ini,” jelas Andi Makkawaru diwawancarai Lajur.co, Rabu (11/9/2024).
Lewat program budidaya larva dari jenis lalat Black Soldier Fly (BSF), limbah sayuran atau sisa makanan yang sebelumnya hanya dibuang dan berakhir menjadi sampah kini dimanfaatkan sebagai pakan penggemukan maggot.
Manggot sendiri dikenal sebagai pengurai sampah organik yang sangat efektif dan cepat. 10.000 larva maggot destinasi mampu mengurai 1 kg sampah per hari. Hewan ini juga dapat mengubah sampah organik menjadi kompos organik.
Tak kalah penting, hasil budidaya maggot selanjutnya dapat dimanfaatkan untuk pakan alternatif seperti ternak seperti ayam, lele, budaya ikan air tawar yang kaya protein sehingga berpeluang sebagai sumber pendapatan baru. Selain itu, budidaya maggot menghasilkan pupuk organik sisa media tumbuh maggot.
Sasar Masyarakat Miskin Ekstrem Tiga Kabupaten di Sultra
Dr Andi Makkawaru mengatakan, kick off awal program budidaya maggot di Sultra akan menyasar masyarakat miskin ekstrem pada tiga kabupaten yakni Kabupaten Konawe Selatan, Muna Barat dan Konawe.
“Kota Kendari akan menyusul. Untuk pilot project awal tiga kabupaten dulu,” sambung Andi Makkawaru.
Total masyarakat miskin ekstrem yang dilibatkan pada pilot project budidaya maggot sebanyak 160 Kepala Keluarga (KK). Mereka diberi edukasi bagaimana teknik membudidayakan maggot memanfaatkan sampah organik.
“Kita pakai skema plasma. Ada rumah inti yang menyiapkan bibit dan pakan dari sampah. Masyarakat masuk ke skema penggemukan maggot. Hasil budidaya maggot itu yang kemudian mereka jual, bisa untuk pakan ikan, ternak ayam atau pupuk. Apalagi kebutuhan pakan di Sultra tinggi. Sultra masih datangkan dari luar. Kita harapkan bisa jadi alternatif tambahan income untuk masyarakat yang terlibat,” urai Andi Makkawaru panjang lebar.
DLH Sultra rencana ikut menggaet kemitraan dengan Dinas Koperasi dan UMKM Sultra untuk memfasilitasi lembaga koperasi yang mengelola jejaring penjualan maggot dari masyarakat.
“Jangka panjangnya, jika produksi maggot tinggi, kemitraan dengan Dinas Perikanan dan Dinas Pertanian.
Ini akan jadi stimulan. Kita harapkan banyak masyarakat yang akhirnya mau membudidayakan maggot. Masalah sampah organik bisa pelan-pelan tuntas,” pungkasnya. Adm