LAJUR.CO, KENDARI – Puncak pesta demokrasi Pemilihan Umum (Pemilu) oleh sebagian Warga Negara Indonesia (WNI) yang bermukim di luar negeri digelar lebih cepat dari jadwal awal 14 Februari 2024. Salah satu WNI, Ricca Agnesia Alamsyah membagikan pengalaman unik mengikuti early voting tanpa harus ke TPS saat berada di negara Jepang.
Ricca masih tercatat sebagai warga Kota Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra). Ia dan suami yang bermukim di Kota Toyama, Prefektur Toyama, Jepang, masuk dalam Daftar Pemilih Tetap Luar Negeri (DPTLN) di Negeri Sakura.
Proses pemilihan di sana dipusatkan di Sekolah Republik Indonesia Tokyo (SRIT) dan berlangsung Minggu, 11 Februari 2024. Jadwal pemilihan dimulai pukul 08:00 JST sampai selesai.
Di Jepang, persisnya di Kota Toyama, Prefektur Toyama, tempatnya bermukim terbilang cukup jauh cukup jauh dari kota tempat TPSLN berada yakni di Tokyo atau Osaka. Kondisi tersebut tak memungkinkan bagi Ricca memilih opsi mengikuti pencoblosan langsung ke TPS.
“Lokasi TPS kami ikut wilayah PPLN Tokyo di Sekolah Republik Indonesia Tokyo. Tetapi karena tempat tinggal saya jauh dari Tokyo, jadi saya mendaftar untuk melakukan pencoblosan via pos,” terang Ricca.
Ia menerima dokumen Pemilu dari Panitia Pemilihan Luar Negeri (PPLN) sejak 17 Januari 2024. Setelah surat suara dicoblos, PPLN Tokyo mewajibkan pengembalian dokumen tersebut paling lambat tanggal 15 Februari 2024.
Ricca sempat mengabadikan momen saat memulai pencoblosan surat suara dari rumah hingga mengirim kembali dokumen tersebut lewat layanan pos. Lantaran tak punya alat coblos khusus, Ricca manfaatkan sumpit, alat makan khas Jepang untuk melubangi surat suara.
Beda Euforia Pemilu di Jepang dan Kota Kendari
Wanita yang telah melewati dua kali masa Pemilu di Jepang tersebut merasa bangga lantaran masih bisa memberikan hak suara untuk calon pemimpin Indonesia lima tahun kedepan, walaupun tinggal jauh dari tanah kelahirannya, Kota Kendari, Provinsi Sultra. Tahun ini adalah kali kedua bagi Ricca mengikuti proses Pemilu RI di negeri matahari terbit.
“Saya terakhir Pemilu di Kendari tahun 2014. Saat di Kendari, meriahnya pesta demokrasi sangat terasa,” kata Ricca memulai cerita tentang pengalaman berbeda hajatan Pemilu di kampung halamannya Kota Lulo dan negara Jepang.
Euforia Pemilu di Kota Kendari bagi Ricca sangat terasa. Terlebih, seingat wanita berkacamata tersebut, rumahnya cukup dekat dengan lokasi TPS.
“Lokasi TPS sangat dekat dengan rumah, jadi hasilnya juga bisa langsung dipantau,” sambung Ricca.
Selama tinggal di Toyama, Ricca belum pernah bertemu dengan warga Sultra yang lain yang turut mengikuti early voting Pemilu RI.
“Kalau di Tokyo atau Osaka sepertinya lebih banyak warga Sultra yang bisa ditemui,” imbuhnya.
Saat masih berstatus DPT Kota Kendari, Ricca mengaku bisa dengan mudah mengetahui profil hingga seluk beluk kandidat capres maupun cawapres, termasuk caleg yang dipilih karena kampanye politik yang begitu ramai. Selama di Jepang, ia banyak memanfaatkan platform digital atau media sosial untuk mengakses informasi paslon dan caleg di Indonesia
“Saya mengikuti rangkaian debat Capres-Cawapres via online dan mempelajarinya lewat website BijakMemilih.id serta website resmi KPU. Untuk beberapa caleg, saya cari tahu lebih dalam dengan melihat website dan sosial media mereka,” ujar Ricca.
Namun begitu, pengalaman mengirim surat suara melalui pos menjadi satu hal unik, bagi Ricca, kala mengikuti proses Pemilu di luar negeri. Ia dan suami mesti melakukan pemuktahiran data secara mandiri sejak 1 tahun sebelum Pemilu berlangsung jika ingin menjadi Pemilih Tetap di Jepang.
“Bedanya kalau sudah update DPT bisa nyoblos lebih dulu. Yang tidak terdaftar, menunggu sambil diproses sama panitia satu-satu. Kemarin lihat IG teman, dia nyoblos sampai jam 8 malam,” beber Ricca.
Selain memilih pasangan capres dan cawapres, WNI luar negeri juga ikut memilih wakil rakyat yang akan duduk di lembaga legislatif. Bedanya, kata Ricca, caleg yang dipilih bagi semua WNI berstatus DPTLN mengacu ke Dapil DKI Jakarta II tanpa melihat asal muasal kampung halaman WNI bersangkutan.
“Katanya Dapil DKI Jakarta II ini yang mewakili urusan luar negeri. Jadi WNI yang di luar negeri hitungannya sudah masuk wilayah pengurusan legislatif Dapil DKI Jakarta II. Anggapannya saya ini sudah bukan lagi sebagai warga Kendari, tapi sebagai WNI luar negeri begitu, Mbak,” ujar Ricca memungkasi wawancara. Adm