LAJUR.CO, KENDARI – Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Sulawesi Tenggara (Sultra) mendukung hilirisasi industri tenun lokal khas Bumi Anoa lewat kolaborasi lintas sektor dan memaksimalkan promosi kain tenun Sultra ke berbagai event nasional.
Hal tersebut disampaikan Sekretaris Dekranasda Sultra Herawati Muchlisi saat menghadiri Opening Ceremony Maimo Cinta Rupiah digelar BI Sultra, Jumat (7/6/2024).
“Hari ini Dekranasda turut serta dalam kegiatan BI membawakan rancangan baju tenun dari desainer. Beberapa desain yang dipamerkan di catwalk itu sudah tampil di event nasional fashion week yang lalu. Produk tenun perwakilan dari semua kabupaten/kota di Sultra ada. Kolaborasi dan promosi memang mesti dimaksimalkan agar hilirisasi produk tenun bisa berjalan sesuai target,” jelas Hera kepada media Lajur.co.
Saat ini, kata Hera, data Dekranasda Sultra sebaran penenun lokal yang memproduksi kain khas Sultra mencapai lebih dari 3.500 orang. Konsentrasi penenun terbanyak berada di Kabupaten Muna tepatnya di Desa Masalili. Total penenun di pusat industri tenun lokal Masalili berkisar 800 orang.
“Masalili itu sudah menjadi semacam industri tenun. Selebihnya di Buteng, Muna Barat, Baubau, Buton, Busel,” ujar Hera.
Hilirisasi produk tenun, kata Hera, memastikan produk tenun Sultra diproduksi oleh pengrajin di wilayah Sultra sehingga nilai ekonomi dirasakan langsung oleh masyarakat lokal.
“Kalau tenunnya di produksi di luar Sultra yang rasakan manfaat ekonominya justru di luar. Perputaran produksi tenun manfaatnya tidak masuk ke Sultra karena diproduksi di luar. Sekarang ini kita terus mendorong hilirisasi produk tenun agar pengrajin kita di daerah hidup,” ulas Hera.
Diakuinya, permintaan terhadap produk tenun lokal Sultra saat ini semakin tinggi seiring inovasi corak, motif dan desain tenun yang makin beragam.
Dekranasda Sultra menilai peluang tersebut mesti dimanfaatkan oleh pengrajin tenun lokal untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produk.
“Kalau dari Dekranas, kita memfasilitasi penenun meningkatkan kualitas pewarnaan, corak, motif lewat pelatihan. Alhamdulillah sekarang mulai terlihat keberagaman dan inovasinya,” sambungnya.
Dekranasda, lanjut Sekretaris Dinas Pariwisata Sultra Sultra tersebut, mendorong agar setiap pemerintah kabupaten/kota di Sultra agar melakukan pendataan Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) terhadap motif-motif tenun lokal untuk melindungi warisan budaya lokal dari Bumi Anoa dari. Adm