LAJUR.CO, KENDARI – Pengembangan program maggot, yang merupakan hasil kerja sama antara Dinas Koperasi dan UMKM Sulawesi Tenggara (Sultra) bersama Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Provinsi Sultra kini sudah mulai dilaksanakan di daerah sasaran. Pengembangan program maggot sebagai bagian dari pengelolaan sampah organik ini merupakan upaya mendukung ekonomi sirkular yang lebih berkelanjutan di daerah, terutama di Kabupaten Konawe.
Sebelumnya, diketahui Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Sultra, Dr LM Shalihin, melakukan kunjungan kerja ke Kabupaten Konawe untuk memperkuat inisiatif pembentukan Koperasi Maggot guna mewujudkan kelangsungan program dimaksud.
Pembentukan Koperasi Maggot ini diharapkan dapat menjadi solusi bagi pengelolaan sampah organik serta peningkatan pendapatan masyarakat, terutama di daerah-daerah yang tergolong miskin ekstrem.
Dr LM Shalihin membeberkan, saat ini pihaknya tengah menunggu proses perizinan terkait pembentukan koperasi produsen berbasis ekonomi sirkular pengelolaan sampah organik di Desa Lahotutu, Kecamatan Wonggeduku Barat, Konawe.
“Masih proses penerbitan izin di notaris untuk kelembagaan koperasi maggot. Semoga Minggu depan sudah terbit akta pendirian koperasi,” tuturnya diwawancarai awak Lajur.co, Jumat (9/10/2024).
Adanya program kolaborasi ini, kata Kepala DLH Sultra, Dr Andi Makkawaru, dapat meningkatkan produktivitas petani maggot yang bernaung di bawah program Bank Sampah. Para petani maggot juga semakin efektif dalam mengelola sampah organik di wilayahnya. Kabupaten Konawe merupakan salah satu wilayah yang kini menjadi sasaran pengembangan program maggot oleh Pemprov Sultra.
“Program ini tidak hanya membantu pengelolaan sampah, tetapi juga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat, khususnya yang tergolong miskin ekstrem,” ujar Andi Makkawaru melalui Kepala Bidang (Kabid) Pengelolaan Sampah dan Limbah B3 DLH Sultra La Oba.
La Oba juga memaparkan, bahwa ada beberapa harapan yang ingin dicapai melalui perjanjian kerjasama (PKS) tersebut. Dinas Koperasi dan UMKM Sultra diminta mempercepat proses pembentukan koperasi sebagai wadah pengembangan usaha bagi petani maggot.
Adanya Koperasi Maggot ini diharapkan dapat menjadi pintu gerbang untuk mendapatkan akses pendanaan dari lembaga keuangan, BUMN, dan CSR dari perusahaan swasta.
Sebagai pihak yang mempunyai wewenang soal perkoperasian dan pengembangan UMKM di Sultra, dinas di bawah asuhan Dr LM Shalihin itu juga diharapkan agar memberikan edukasi secara berkelanjutan kepada para petani maggot. Edukasi yang dimaksudkan ini akan mengulas soal kewirausahaan yang baik dan benar, sehingga mereka dapat memahami dan menjalankan sistem ekonomi sirkular yang lebih efektif.
Sementara itu, DLH Sultra di bawah komando Dr Andi Makkawaru berkomitmen memaksimalkan peran kelembagaan dalam pengelolaan sampah secara mandiri. Komitmen ini akan dijalankan dengan prinsip pengelolaan dari hulu ke hilir, serta berfokus pada nilai ekonomi, khususnya pengelolaan sampah organik.
Melalui program ini juga, pembentukan koperasi petani maggot bisa diperluas ke daerah lain di Sultra, seperti Kabupaten Konawe Selatan (Konsel), Muna Barat, dan Kota Kendari.
“Dengan program ini, setiap kabupaten di Sultra diharap mempunyai koperasi dalam pengelolaan sampah yang melibatkan masyarakat,” harap Dr LM Shalihin.
Kerjasama ini dapat menjadi langkah awal yang signifikan untuk mewujudkan pengelolaan sampah yang lebih baik dan lebih berkelanjutan di Sultra. Pelibatan masyarakat lokal dalam pengelolaan sampah dan pemberdayaan ekonomi berbasis koperasi, diyakini akan membawa manfaat jangka panjang bagi daerah dan masyarakat setempat. Red