BERITA TERKINIDAERAHHEADLINE

Harapan Pegiat Wisata & UMKM Lokal di Tengah Mandeknya Transportasi Udara ke Wakatobi

×

Harapan Pegiat Wisata & UMKM Lokal di Tengah Mandeknya Transportasi Udara ke Wakatobi

Sebarkan artikel ini

LAJUR.CO, KENDARI – Karena keindahan alam bawah lautnya, Pulau Wakatobi menjadi tujuan wisata baik lokal maupun mancanegara. Di sini, wisatawan akan menikmati sensasi “Surga Nyata Bawah Laut di Pusat Segitiga Karang Dunia”.

Penyelam disuguhi keindahan terumbu karang dan sejumlah biota laut Wakatobi yang memikat. Di balik potensi inilah, pegiat pariwisata dan pelaku usaha menaruh harapannya.

Potret wisatawan saat menikmati keindahan alam bawah laut di Perairan Wakatobi.

Selain menjadi penggerak ekonomi masyarakat, mereka juga turut menjaga kelestarian ekosistem laut. Salah satunya Seto Ariyadi, seorang operator diving lokal di Kabupaten Wakatobi.

Seto memulai usahanya, Wakatobi Dive Trip sejak tahun 2008 silam dengan mengandalkan modal pribadi. Visi Seto sederhana sekaligus ambisius. Seto ingin menjadikan Wakatobi sebagai destinasi diving kelas dunia yang dikelola secara berkelanjutan.

Namun, pandemi COVID-19 tahun 2020 lalu membawa dampak signifikan terhadap usahanya. Sebelum pandemi, Seto mampu mendatangkan 30–40 wisatawan setiap bulan, dengan potensi pendapatan mencapai jutaan rupiah.

“Normalnya sebelum covid, minimal setiap bulan bisa mendatangkan wisatawan 30 – 40 orang, nilai potensial sekitar Rp400 juta,” ujar Seto Ariyadi, Senin (2/6/2025).

Potensi pendapatan tersebut menyentuh langsung pelaku UMKM lainnya seperti pemilik hotel, mobil rental, rumah makan hingga tukang ojek.

Meski begitu, Seto tetap berkomitmen pada prinsip keberlanjutan. Dirinya selalu memastikan wisatawan memahami pentingnya menjaga kelestarian laut. Seperti tidak menyentuh atau menginjak terumbu karang.

Ajakan untuk menghargai kearifan lokal disampaikan melalui diskusi ringan di sela liburan. Khusus kepada pemilik kapal tidak diperbolehkan membuang jangkar.

Baca Juga :  Wujudkan Ketahanan Pangan Keluarga, Pertamina Berdayakan Ibu Rumah Tangga Garap Hidroponik

Upaya meminimalisir sampah plastik juga selalu dilakukan dalam aktivitas penyelaman. Pengunjung dapat menyiapkan sendiri peralatan makan dan minum yang bisa dipakai secara berulang.

Aturan khusus yang mesti dipatuhi para penyelam, tambah Seto meliputi larangan memindahkan biota laut dari posisi semula, dan alat penyelaman benar-benar tidak menyentuh terumbu karang.

Seto juga menerapkan SOP ketat dalam setiap aktivitas diving untuk menjaga ekosistem laut tetap sehat. Lebih dari itu, 100% staf yang terlibat, sambung Seto merupakan tenaga lokal Wakatobi yang telah bersertifikasi dan berpengalaman.

Di samping itu, mereka juga menghadapi tantangan administratif. Pengusaha lokal sering kali dipersulit dengan perizinan, dibanding operator luar lebih leluasa beroperasi. Seto menyebut, hal ini memicu adanya kecemburuan dan ketidakadilan di kalangan sesama pelaku usaha.

“Pengusaha lokal selalu dipertanyakan administrasinya. Sementara operator dari luar cukup leluasa masuk dan beraktifitas di Wakatobi. Belum lagi kurang mengertinya kearifan lokal yang harus selalu kita junjung tinggi,” keluhnya.

Akses Pesawat Kerap Non Aktif, Angka Kunjungan Menurun

Seto berharap ke depan pengelolaan sektor pariwisata Wakatobi dapat dibenahi. Akses transportasi udara dimaksimalkan, sebagai bentuk dukungan pemerintah terhadap pelaku industri lokal.

Sebab tidak hanya dari dalam negeri, turis yang mereka layani juga mayoritas dari berbagai negara. Seto sendiri mengaku, sudah melayani penyelam dari Eropa dan Asia. Beberapa di antaranya berasal dari Italia, Inggris, Jerman, Spanyol, Singapura, Malaysia, Thailand, dan Tiongkok.

Baca Juga :  Wagub Hugua Dapuk Wakatobi Tuan Rumah HUT Sultra Tahun Depan

“Sudah tidak terhitung publik figure yang sudah pernah dihandle, mulai dari kalangan selebritis, pengusaha nasional, tokoh politik nasional,” tutur Praktisi Selam Wakatobi itu.

Kini, jumlah wisatawan menurun drastis. Bahkan hanya 5 orang dalam sebulan, dengan pendapatan kurang dari Rp5 juta. Keterbatasan transportasi udara, lanjutnya menjadi salah satu faktor utama turunnya jumlah kunjungan tersebut.

“Sejak covid dan berhentinya pesawat beberapa kali ini, dalam sebulan paling maksimal 5 orang dengan nilai tidak sampai Rp5 juta. Kadang tidak ada sama sekali,” ucapnya.

Sektor pariwisata Wakatobi juga melibatkan pelaku usaha lokal lainnya, seperti penyedia layanan rental mobil dan warung makan.

Pemilik rental mobil, Aden mengungkap kalau dirinya dapat melayani 3 hingga 4 trip wisatawan setiap bulan. Aktivitas itu ia lakukan sejak tahun 2006, awal mula merintis usaha rental.

Sekarang, Aden hanya satu trip dalam sebulan. Pendapatan yang didapat pun menurun, dari sekitar 7 juta rupiah menjadi jauh lebih sedikit. Kata Aden, jika penerbangan ke Wakatobi tidak terbatas, maka geliat pariwisata dipastikan bisa meningkat.

“Ya adakan pesawat. Kalau ada pesawat maka perekonomian dari wisata di Wakatobi bisa meningkat khususnya untuk rental mobil sama UKM lainnya,” pungkasnya, Selasa (3/6/2025).

Baca Juga :  Beberes 30 Menit Disebut Bisa Turunkan Risiko Meninggal Akibat Sakit Jantung

Sebuah warung makan di Tomia yang dikelola oleh Agus Suriyani, Sely Water juga merasakan dampak serupa. Pendapatan yang diperoleh Agus Suriyani tidak menentu dalam setiap bulannya.

Ketgam : Sajian menu makanan di Resto Sely Water,  Kabupaten Wakatobi.
Sajian menu makanan di Resto Sely Water, Kabupaten Wakatobi.

“Mulai operasi bulan September 2024. Kalau kunjungan kadang ramai, kadang juga sepi. Pendapatannya tidak jelas, kalau ramai mungkin sekitar Rp7 -Rp8 jutaan,” ujar Agus Suriyani, Selasa (3/6/2025).

Di tengah angka kunjungan yang fluktuatif, warung makan ini tetap beroperasi mengandalkan menu hasil laut. Namun, Agus Suriyani juga berkisah, sering kali mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan logistik.

Bahan makanan seperti udang, jeruk dan sayur-sayuran, kata Agus Suriyani harus dipasok dari Kendari, Baubau Buton Utara. Hal ini menambah tantangan dalam operasional sehari-hari.

Giat pengelola bisnis diving, layanan rental mobil hingga warung makan tersebut adalah potret betapa pentingnya sektor pariwisata bagi perekonomian lokal Wakatobi.

Mereka berharap, pemerintah terkait dapat memberikan support dengan memastikan akses transportasi yang lebih memadai.

Diketahui mobilitas udara menuju ke Wakatobi kerap tidak aktif bahkan pernah mati suri pada pertengahan tahun 2024 lalu. Pesawat kembali mendarat di Bandara Matahora pada 21 Maret 2025 untuk rute Kendari – Wakatobi.

Saat ini, para pegiat usaha setempat kembali gigit jari. Maskapai penerbangan dari Lion Air Grup menghentikan operasionalnya di Bandara Matahora sejak 25 Mei 2025 lalu. Red

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x