LAJUR.CO, KENDARI – Sebagian wilayah Sulawesi Tenggara (Sultra) merasakan dampak dari fenomena cuaca ekstrem atau El Nino. Musim kemarau yang berkepanjangan ini memicu harga beras di pasaran meningkat pesat selama beberapa bulan terakhir.
Banyak tanaman padi yang mati akibat tidak adanya air untuk mengairi sawah. Stok beras pun kian menipis dan tak mampu mengimbangi jumlah kebutuhan konsumsi masyarakat. Meledaknya permintaan terhadap bahan pangan yang satu ini menggiring harga melonjak drastis.
Salah seorang pedagang bahan pokok termasuk beras di Pasar Anduonohu, Kendari Hartati mengakui kenaikan harga pangan itu. Ia menjual berasnya dengan harga bervariasi mengikut pada jenis beras dan kualitasnya.
“Semua barang pada naik, terutama beras perbandingan harganya itu Rp3.000. Dulu saya kasih harga Rp10.000 per kilo, sekarang jadi Rp13.000,” kata Hartati, Rabu (18/10/2023)
Jenis beras yang dijual Hartati ada beberapa varietas seperti beras wangi dan beras kepala. Adapun beras merk pandan wangi dijual seharga Rp12 ribu per kilo. Sedangkan beras kepala dibanderol Rp13 ribu per liter.
Selain itu, beras merah pun ikutan naik dikarenakan musim kemarau. Saat ini, per karung dibeli dengan harga delapan ratus lima puluh ribu rupiah. Dimana jika dijual secara eceran, maka per kilo dipatok seharga Rp24 ribu atau Rp17 ribu per liter.
“Beras merah harganya paling naik sekarung itu harganya Rp850000. Per kilonya saya jual Rp24000 dan per liternya itu Rp17000,” sambungnya.
Karena harganya yang cukup tinggi, Hartati berhenti menjual beras merah. Selain itu, dia juga mengatakan jika stok beras semakin berkurang. Penghujung tahun 2023 ini diketahui sebagai periode terakhir musim panen.
“Ini karena panen terakhir dan stok kami menipis sekali kalau beras. Saya juga tidak menjual beras merah lagi dikarenakan harganya yang sangat mahal,” pungkasnya.
Laporan : Ika Astuti