LAJUR.CO, KENDARI – Ada begitu banyak keindahan wisata yang terdapat di Kabupaten Muna Barat, Sulawesi Tenggara (Sultra). Tidak hanya memiliki pesona wisata bahari, situs sejarah pun tidak kalah menarik dijadikan destinasi wisata kala menyambangi DOB Muna tersebut.
Bagi Anda yang hobi berpetualang, dua wisata gua sarat sejarah dan dikenal akan kisah tragis nan mistis di Muna Barat dapat menjadi pilihan. Spot wisata tersebut adalah Gua Lamaeo dan Gua Tebho. Keduanya sama berada di Desa Lagadi Kecamatan Lawa.
Gua Lamaeo
Sebuah mata air yang berada di dalam gua ini memiliki keindahan berbalut mitos horor. Dibalik airnya yang jernih nan biru, gua eksotis ini lekat dengan cerita keramat yang berkembang secara turun temurun.
Konon, gua ini ditemukan seorang pemburu Jonga bernama Lamaeo di tengah hutan bersama anjing peliharaannya. Di tengah perburuan, Lamaeo menemukan air yang terperosok jauh ke dalam tanah.
Penemuan Lamaeo menjadi kabar gembira bagi masyarakat desa yang begitu tersohor dengan Tugu Perjuangannya ini. Sebab, dahulu masyarakat harus menempuh beribu kilometer untuk memperoleh air bersih.
Tetapi penemuan itu berujung petaka bagi penemunya. Setiap bekas telapak kaki Lamaeo diikuti air usai melepas dahaga di mata air tersebut. Karena kampungnya terancam tenggelam, maka tokoh masyarakat memutuskan bahwa Lamaeo harus disembelih di mulut gua.
Ketika Lamaeo disembelih, aliran air yang mengikutinya perlahan kembali ke dalam gua. Untuk mengabadikan pengorbanannya, Lamaeo dimakamkan tepat di mulut gua bersama anjing peliharaannya.
Kabarnya sudah banyak nyawa yang lenyap di mata air Lamaeo. Cerita mistis lainnya datang dari seorang warga yang membabat hutan di atas Gua Lamaeo untuk tujuan perkebunan.
Menghindari ‘bala’ yang ditimbulkan, warga tersebut harus bersedia melakukan ritual pemotongan daun telinga di mulut gua.
Ada pula turis asal Kanada dikabarkan tewas usai mengukur kedalaman air Lamaeo.
Sampai kini, Lamaeo menjadi tempat melaksanakan acara tertentu dengan suguhan tarian Modero, Kabhanti, hingga Gambusu.
Kini kehidupan masyarakat setempat sudah berubah drastis. Air sudah dapat diperoleh dengan memutar kran air yang terpasang secara merata pada setiap rumah warga. Air itu berasal dari gua yang disalurkan melalui pipa dengan bantuan mesin bertenaga listrik.
Untuk menikmati kejernihan dan kesejukan airnya, pengunjung harus meniti kurang lebih 100 anak tangga ke dalam gua. Namun, pengunjung wajib menjaga ucapan atau koe nohala wamba (Bahasa Muna) saat berada di Gua Lamaeo. Mitosnya, penunggu gua akan menarik mereka yang salah dalam berucap.
Gua Tebho
Peran gua yang satu ini tidak kalah penting bagi kelangsungan hidup masyarakat setempat. Sebelum mengalami kekeringan, puluhan tahun lalu gua ini adalah primadona warga karena merupakan sumber air utama.
Pahatan perut bumi ini, konon dijadikan lokasi persembunyian pada masa penjajahan kolonial Belanda. Masyarakat lokal menyebutnya Tee Tebho.
Di dalam gua ini, Anda dapat melakukan aktivitas susur gua sembil menikmati keindahan stalagmit maupun stalaktit. Tetesan air sangat jernih berasal dari ujung stalagmit dan stalaktit yang menghiasi seisi gua.
Eksotisme pilar batuan lancip yang mengarah ke atas terlihat memukau, dapat diabadikan melalui swafoto.
LAPORAN : JENI