ADVETORIALBERITA TERKINIHEADLINE

Kolaborasi Dinas KUMKM dan DLH Sultra Bentuk Koperasi Budidaya Maggot

×

Kolaborasi Dinas KUMKM dan DLH Sultra Bentuk Koperasi Budidaya Maggot

Sebarkan artikel ini

LAJUR.CO, KENDARI – Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) dan Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Sultra berkolaborasi membentuk kelembagaan koperasi untuk program budidaya maggot. Kesepakatan kerjasama dua instansi tersebut ditandatangani Kepala Dinas KUMKM Sultra Dr LM Shalihin dan Kepala DLH Dr Andi Makkawaru di Aula Kantor DLH Sultra, Senin (22/10/2024).

“Hari ini, kita menginisiasi kelembagaan koperasi ekonomi sirkular untuk budidaya maggot dengan DLH Sultra. Koperasi ini nantinya akan mewadahi produsen maggot di Sultra, termasuk kegiatan ekonomi sirkular daur ulang sampah. Disamping mensupport masyarakat memperoleh pendapatan dari budidaya maggot, ada kelembagaan koperasi yang menaungi program ini,” jelas Shalihin.

Kepala Dinas KUMKM Sultra Dr LM Shalihin

Tahap awal pembentukan lembaga koperasi budidaya maggot akan difokuskan di Kabupaten Konawe, menyasar kemitraan dengan bank sampah setempat. Lewat bimbingan Dinas KUMKM, tatakelola sampah diarahkan lebih profesional. Lembaga koperasi dibentuk akan mengawal proses budidaya maggot hingga tahap pengemasan dan distribusi.

Baca Juga :  7 Tanaman Tahan Panas yang Cantik dan Menawan, Cocok buat di Rumah

Kepala DLH Sultra Dr Andi Makkawaru menyambut positif inisiasi pembentukan wadah koperasi program budidaya maggot oleh Dinas KUMKM.

“Kolaborasi inovatif ini kita harapkan bisa membantu program DLH yang fokus menekan timbulan sampah di Sultra lewat program budidaya maggot. Kegiatan ekonomi sirkular berjalan lebih maksimal dan berkelanjutan,” ungkapnya.

Ia menyatakan, adanya lembaga koperasi memungkinkan produksi maggot diserap oleh pasar secara maksimal. Pembentukan lembaga koperasi yang mendukung kegiatan ekonomi sirkular menjadi pertama di Sultra.

“Setelah Konawe yang jadi sasaran pilot project awal Dinas Koperasi berhasil, kedepan bisa meluas ke Konawe Selatan, Muna Barat yang memang menjadi lokus kegiatan budidaya manggot di DLH Sultra tahun 2024,” jelas Andi Makkawaru.

Sebagai informasi, program budidaya maggot adahal salah satu inovasi berkelanjutan yang dicanangkan DLH Sultra untuk mengatasi permasalahan sampah organik sekaligus menjadi solusi peningkatan ekonomi bagi masyarakat miskin ekstrem yang bakal terlibat dalam program tersebut.

Baca Juga :  Pj Gubernur Andap Budhi Tugaskan Sekda Jadi Plh Bupati Kolut

 

Kepala DLH Sultra Dr Andi Makkawaru menyebut, sebaran sampah organik di Provinsi Sultra terbilang tinggi, mencapai 60 persen dari total komposisi sampah yang menumpuk setiap tahun.

 

Kata mantan Pj Bupati Kolaka tersebut, DLH Sultra mencatat total timbulan sampah di Sultra terus meningkatkan. Tahun 2023, timbulan sampah organik berkisar 437.958 ton.

“Masalah sampah menjadi atensi Pak Pj Gubernur Sultra. Sekitar 60 persen dari timbulan sampah itu adalah sampah sisa makanan, sayuran. Kategori sampah organik. Itu tidak dikelola. Sampah-sampah ini yang kemudian nanti dimanfaatkan sebagai pakan magot. Kita rencanakan program maggot jalan September ini,” jelas Andi Makkawaru.

Lewat program budidaya larva dari jenis lalat Black Soldier Fly (BSF), limbah sayuran atau sisa makanan yang sebelumnya hanya dibuang dan berakhir menjadi sampah kini dimanfaatkan sebagai pakan penggemukan maggot.

Baca Juga :  Andap Budhi Hadiri Rapat Pleno KNEKS Tahun 2024 di Istana Wapres Ma'ruf Amin

Manggot sendiri dikenal sebagai pengurai sampah organik yang sangat efektif dan cepat. 10.000 larva maggot destinasi mampu mengurai 1 kg sampah per hari. Hewan ini juga dapat mengubah sampah organik menjadi kompos organik.

Tak kalah penting, hasil budidaya maggot selanjutnya dapat dimanfaatkan untuk pakan alternatif seperti ternak seperti ayam, lele, budaya ikan air tawar yang kaya protein sehingga berpeluang sebagai sumber pendapatan baru. Selain itu, budidaya maggot menghasilkan pupuk organik sisa media tumbuh maggot.

Program budidaya maggot di Sultra akan menyasar masyarakat miskin ekstrem pada tiga kabupaten yakni Kabupaten Konawe Selatan, Muna Barat dan Konawe.

Total masyarakat miskin ekstrem yang dilibatkan pada pilot project budidaya maggot sebanyak 160 Kepala Keluarga (KK). Mereka diberi edukasi bagaimana teknik membudidayakan maggot memanfaatkan sampah organik. Adm

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x