OPINI

Panen Fulus di Tengah Merebaknya Virus

×

Panen Fulus di Tengah Merebaknya Virus

Sebarkan artikel ini

Oleh: Fitri Suryani
(Freelance Writer)


Pandemi Covid-19 nampaknya belum juga punah dari negeri ini, tak terkecuali di berbagai belahan negara lainnya. Dampak pandemi ini pun jelas banyak menimbulkan berbagai pengaruh di berbagai sisi, terlebih dalam  masalah ekonomi. Namun, ada juga yang diuntungkan dari momen ini untuk meraup keuntungan yang luar biasa. Sehingga mereka yang memanfaatkan keadaan ini benar-benar panen fulus di tengah merebaknya virus.

Sebagaimana salah satu orang terkaya di dunia sekaligus pendiri Microsoft, Bill Gates mengungkapkan dirinya mendapatkan keuntungan dari investasi vaksinasi. Keuntungannya mencapai US$ 200 miliar atau setara Rp 2.864 triliun (kurs Rp 14.321).

Keuntungan itu dia dapat setelah melalui yayasannya, Bill and Melinda Gates Foundation juga berinvestasi U$ 10 miliar atau setara Rp 143 triliun ke berbagai produsen vaksinasi (Detik.com, 18/01/2022).

Tapi di sisi lain, banyak di antara penduduk dunia yang kehilangan pekerjaan akibat pemutusan hubungan kerja (PHK) terlebih di masa pandemi ini. Sebagaimana Organisasi Perburuhan Internasional atau ILO merilis data mengenai dampak besar corona (Covid-19) ke para pekerja sepanjang 2020. Dalam laporan “ILO Monitor: Covid-19 and the world of work-7th edition”, lembaga PBB ini mengonfirmasi bagaimana pandemi benar-benar membuat banyak orang terkena PHK.

Angka terbaru menunjukkan bahwa 8,8% jam kerja global hilang atau setara dengan 255 juta pekerjaan penuh waktu. Hal tersebut empat kali lebih besar dari jumlah pekerjaan yang hilang selama krisis keuangan global 2009.

Selain itu, pendapatan tenaga kerja global turun sekitar US$ 3,7 triliun pada tahun 2020. Ini lebih rendah 4,4% dari produk domestik bruto (PDB) global tahun 2019. Hal ini menyebabkan pengangguran global meningkat 33 juta. Sehingga saat ini total pengangguran berjumlah 220 juta (Cnbcindonesia.com, 26/01/2021).

Dua kondisi tersebut yang begitu berseberangan sungguh menyayat hati. Di satu sisi ada sebagian orang terutama para kapital yang mendapat untung besar dengan memanfaatkan kesempatan di tengah pandemi, yakni dengan adanya komersialisasi di bidang kesehatan. Namun di sisi lain ada sebagian besar yang terdampak dari efek pandemi, terlebih bagi kaum menengah ke bawah yang begitu terpukul dengan banyaknya pemutusan hubungan kerja  (PHK). Sehingga bisa dipastikan berdampak pada pemenuhan kebutuhan yang tidak terpenuhi dengan baik.

Inilah salah satu potret suram dunia saat ini, yang mana jurang antara si kaya dan si miskin begitu menganga lebar di depan mata. Hal itu pun seolah lumrah karena dalam sistem kapitalisme, para pemilik modal diberi peluang dan kesempatan yang sebesar-besarnya untuk mengolah berbagai potensi yang ada, walau itu berkait dengan hajat hidup orang banyak dan sesuatu yang mendasar.

Pun peran swasta yang dibolehkan mengambil peran negara dalam menangani berbagai hal, tak terkecuali bidang kesehatan. Hal itu meniscayakan peran negara semakin berkurang dalam mengurus rakyat. Sehingga dari itu, sulit dihindarkan ada praktik komersialisasi di bidang kesehatan yang mengutungangkan para kapital yang bermain di belakangnya.

Tak sampai di situ, bukan hanya para swasta yang mengambil untung besar dengan adanya pandemi ini, bahkan telah menjadi rahasia umum ada juga tuan pejabat yang turut ambil bagian dalam mengambil untung dari bisnis di tengah pandemi ini.

Hal itu, sebagaimana kasus bisnis polymerase chain reaction (PCR) yang dilakukan oleh tuan pejabat negeri ini. Menanggapi hal tersebut, Politisi Partai Demokrat Benny Harman pun ikut angkat suara. Benny mengatakan, saat ini tugas rakyat lebih berat karena bukan saja harus melawan korupsi, melainkan juga kolusi dan nepotisme. Ia pun mengatakan kini kolusi dan nepotisme semakin marak, terutama kolusi di antara birokrasi dan pengusaha seperti dalam skandal PCR (Pikiran-rakyat.com, 09/11/2021). Miris!

Belum lagi masalah PHK di mana-mana tak terkecuali di negeri ini. Jelas hal itu menambah daftar panjang pengangguran dan angka kemiskinan yang hingga kini sulit terselesaikan. Apalagi tak sedikit negeri ini didatangai oleh para tenaga kerja asing (TKA) di tengah banyaknya masyarakat yang masih kesulitan mendapatkan kerja.

Karenanya sungguh miris rakyat negeri ini, sudahlah pekerjaan tak mudah didapatkan dan banyak pengangguran, tetapi banyak tenaga kerja asing yang datang bekerja dengan begitu mudah. Ditambah lagi bidang kesehatan yang pengelolaanya melibatkan swasta yang beraroma komersialisasi dan peran negara semakin diminimalkan. Sehingga wajar biaya kesehatan tak bisa dijangkau oleh semua kalangan. Dari itu, seakan lengkap sudah penderitaan rakyat, walau di tengah negeri gemah rimpah loh jinawi ini.

Kondisi tersebut tentu berbeda jika negara ditopang oleh individu-individu yang bertakwa, ditambah lagi adanya kontrol masyarakat yang senantiasa melakukan amar makruf nahi mungkar di tengah-tengah masyarakat dan tak kalah penting negara yang memiliki peran dalam membuat kebijakan yang tegas dan menerapkan hukum tanpa memandang bulu. Pun sistem yang mendukung tercapainya segala bentuk kemaslahatan umat.

Oleh karena itu, tidak mudah menciptakan kondisi di mana masalah kesehatan tak menjadi sesuatu yang dikomersialisasi, jika sistem tidak mendukung hal tersebut. Dari itu, seyogianya para pemegang kebijakan menilik kembali, bahwa mereka diangkat oleh rakyat dalam rangka mengurus urusan rakyat. Karenanya sudah selayaknya mereka mengemban amanah itu dengan baik, sebab mereka tak hanya mempertanggungjawabkan amanah itu di dunia, tapi juga di akhirat kelak. Wallahu a’lam.

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x