BusinessDAERAHEKOBISMarketing

Penjual Tenun Muna Masalili Keluhkan Penerapan Tarif Layanan QRIS

×

Penjual Tenun Muna Masalili Keluhkan Penerapan Tarif Layanan QRIS

Sebarkan artikel ini
Anissa Tenun di Desa Masalili menggunakan aplikasi QRIS untuk mendukung transaksi non tunai di toko tenun tersebut.

LAJUR.CO, KENDARI – Sejumlah pedagang merasa keberatan dengan kebijakan Bank Indonesia mengenakan biaya layanan QRIS Quick Response Code Indonesia Standard) atau QR Code sebesar 0,3%.

Penetapan tarif layanan QRIS mulai diberlakukan sejak 1 Juli 2023. Pemberlakuan tarif ini bertujuan mengganti investasi dan biaya operasional yang dikeluarkan sejumlah pihak terlibat dalam penyelenggaraan transaksi QRIS.

Adalah Owner Anisa Tenun, Siti Erni yang merupakan salah satu pedagang pengguna transaksi QR Code. Pegiat tenun khas Muna di Masalili, Kabupaten Muna ini mengaku terbebani dengan adanya tarif layanan QR Code.

Baca Juga :  Penjabat Bupati Buton Dr Basiran Terima Opini WTP Hasil Audit BPK RI Perwakilan Sultra

“Kalau biayanya itu terlalu besar, saya agak terbebani juga dengan biaya itu,” ujar Siti Erni diwawancarai Lajur.co, Senin (10/7/2023).

Sejak diluncurkan oleh Bank Indonesia dan Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI) pada 17 Agustus 2019, QRIS tidak memberlakukan potongan kepada Merchant Discount Rate (MDR) berlogo QRIS. Masyarakat yang melakukan pembayaran QR Code lebih mudah, cepat dan aman dalam bertransaksi jual beli.

Siti Erni bercerita dirinya sudah bertahun-tahun menggunakan layanan QRIS. Hal itu dilakukannya guna mendukung pemasaran kain tenun, usaha yang tengah digelutinya. Ia menerapkan pembayaran non tunai kepada para pecinta kain dan tenunan lokal dengan alasan keefektifan bertransaksi.

Baca Juga :  Rencana Kenaikan PPN (Lagi) dan Nasib Bisnis Ritel

“Sudah sekitar 3 tahun lalu. Saya lebih efektif sebenarnya pakai QRIS karna langsung scan barcode saja,” ulasnya.

Namun akhir-akhir ini, salah satu pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di Pulau Muna ini beralih ke sistem pembayaran memakai aplikasi Mobile Banking. Selain karena ada potongan yang harus dibayar penjual kepada penyedia layanan QRIS, ia juga mengaku tengah mengalami kendala dalam proses transaksi QRIS.

“Baru – baru ini saya terakhir pake itu, karna memang di daerah saya yang pake QRIS masih jarang. Kebanyakan pake BRI Mobile saja kalau pembayaran. Sampai hari ini ada dana yang tidak masuk ke rekening saya, transaksi di QRIS,” lanjutnya.

Baca Juga :  Jurnalis di Muna Jadi Sasaran Aksi Premanisme Usai Liput Project Talud di Lagasa

Meski begitu, Siti Erni tetap akan menggunakan layanan QRIS dalam menjalankan usahanya. Keefektifan dan keamanan dalam bertransaksi secara non tunai menjadi alasannya menjadi salah satu pedagang yang memanfaatkan transaksi berbasis digital ini.

“Tapi saya rencana mau pake lagi karna bagus itu. Saya lebih efektif sih sebenarnya,” pungkasnya. Red

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x