BERITA TERKINIHEADLINE

Semangat Guru SLB Kusuma Bangsa Kendari, Mendidik Puluhan Anak-anak Difabel Meski Digaji Minim

×

Semangat Guru SLB Kusuma Bangsa Kendari, Mendidik Puluhan Anak-anak Difabel Meski Digaji Minim

Sebarkan artikel ini
Guru SLB Kusuma Bangsa berpose bersama anak didiknya siswa-siswi difabel.

LAJUR.CO, KENDARI – Menjalani profesi sebagai guru bagi anak-anak berkebutuhan khusus tak semudah menghadapi siswa normal pada umumnya. Mereka yang seharian bergelut dengan siswa difabel mesti menyiapkan mental dan kesabaran ekstra menghadapi para siswa difabel yang punya kemampuan terbatas dalam menyerap ilmu dari guru.

Upi Darmayanti membagikan pengalamannya sejak 2 tahun menjadi tenaga pengajar anak berkebutuhan khusus di Sekolah Luar Biasa (SLB) Kusuma Bangsa Kota Kendari.

SLB Kusuma Bangsa tempat ia mengajar berdiri sejak tahun 2014 beralamat di Jalan Jambu, Kelurahan Anggoya, Kecamatan Poasia, Kota Kendari, Sulawesi Tenggara telah lama mengabdikan diri sebagai lembaga pendidikan yang fokus pada anak-anak difabel.

Meski tenaga guru di sana digaji seadanya, tak mengurangi semangat mereka membagikan ilmu dan keterampilan bermanfaat bagi anak-anak difabel. Biasanya guru-guru di sekolah tersebut memperoleh gaji lewat dana bos yang diberikan oleh pihak sekolah setiap tiga bulan sekali sebesar Rp500 ribu.

Baca Juga :  Lelaki Berprofesi Buruh di Kampung Salo, Kendari Ditemukan Tewas Usai Gantung Diri 

Di SLB Kusuma Bangsa, kata Upik, guru dihadapkan siswa dengan karakter beragam yang mesti ditangani secara khusus. Diantaranya siswa yang kesulitan belajar umum, kesulitan belajar spesifik, dan Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD).

Upi Darmayanti mengatakan, mengajar siswa dengan kondisi autisme menjadi tantangan terberat yang ia dihadapi kala bertugas sebagai guru di SLB Kusuma Bangsa.

Siswa dengan kondisi autisme cenderung sulit diatur dan susah menerima pelajaran dibanding anak berkebutuhan khusus lain yang pernah didampingi Upi.

“Suka dukanya itu adalah mengatasi anak-anak autisme yang super aktif, susah diatasi dan anak-anak yang sulit menerima pelajaran,” cerita Upi.

Cara penanganan dan pendekatan yang dilakukan oleh guru bersangkutan harus tepat agar siswa autis bisa tetap ceria dan semangat saat mengikuti kegiatan belajar mengajar.

Senada, guru SLB Kusuma Bangsa Veronika mengatakan siswa dengan kondisi autis butuh penanganan ekstra.

“Biasanya anak-anak SLB yang paling susah diajari itu adalah siswa yang autis, kalau diajar minta ampun banyak goyang-goyangnya sering lari-lari ketika diajar dan kalau dia lari kita baku kejar-kejar,” lanjut Veronika Gala.

Baca Juga :  Keluhan Penumpang Kapal Cepat Kendari - Raha; Tetap Bayar Tiket Mahal Meski Tidak Dapat Kursi

Veronika Gala merupakan salah satu guru SLB Kusuma Bangsa yang sudah mengajar dari tahun 2020. Sekian tahun mengajar anak-anak difabel, Veronika mengaku banyak pengalaman lucu ketika mengajari siswa berkebutuhan khusus, terutama mereka yang memiliki gangguan pendengaran dan berbicara.

“Yang lucu itu kalau kita ajar anak-anak SLB ya banyak, contohnya itu kalau kita mengajar ada anak yang kurang mendengar, kadang bicara tidak jelas pokoknya banyak yang lucu-lucu kalau kita mengajar anak SLB,” ucap Veronika Gala.

Terkendala Akses Jalan

Saat ini SLB Kusuma Bangsa memiliki tujuh tenaga guru yang mendidik sekitar 40an anak-anak berkebutuhan khusus. Empat bangunan di sekolah tersebut dipakai untuk mendukung kegiatan belajar mengajar, ruang perpustakaan dan ruang guru. Satu ruangan khusus dipakai untuk kelas terapi.

Baca Juga :  BMKG: Kecil Potensi Sebaran Gas Beracun Eruspi Gunung Ruang Sulut Sampai ke Sultra

SLB Kusuma Bangsa terbilang cukup banyak mendapat sokongan dari pemerintah maupun perusahaan swasta diantaranya PT Energy Indotec Consultancy yang berbasis di India. Bantuan reguler diterima dipakai untuk melengkapi fasilitas gedung sekolah alat terapi hingga pakaian seragam sekolah agar para siswa antusias mengikuti proses belajar mengajar di kelas.

Meski memiliki fasilitas yang cukup memadai, guru maupun siswa di sana terkendala akses jalan yang menanjak dan berbatu-batu. Kondisi ini sangat mengganggu keseharian guru dan siswa yang berjalan kaki maupun berkendara menuju sekolah terlebih bagi siswa dengan kondisi cacat.

Potret akses jalan menuju SLB Kusuma Bangsa di Kecamatan Poasia, Kota Kendari.

Upi Darmayanti berharap, kedepan anak-anak bimbingannya bisa lebih mandiri dan tidak lagi bergantung pada orang lain.

“Kan mereka ini mereka ini ketergantungan oleh orang lain jadi harapan kami para guru-guru itu mereka kedepannya mereka lebih mandiri dan tidak tergantung sama orang lain mereka bisa bersosialisasi dengan lingkungan seperti biasanya,” tutur Upi Darmayanti. R1

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x