LAJUR.CO, KENDARI – Tenun tradisional Laworo Kabupaten Muna Barat (Mubar) menjadi primadona dalam ajang pameran Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Sulawesi Tenggara (Sultra) digelar di Hotel Claro, Senin (15/11/2021).
Ketua Dekrasda Mubar, Rosma Achmad Lamani mengatakan, antusias pengunjung di stand Dekranas Mubar begitu tinggi. Seluruh produk Tenun Laworo yang dipajang bahkan ludes terjual dalam event tersebut.
Istri Gubernur Maluku Utara, Hj Faoniah Kasuba, ikut memboyong produk kain Tenun Laworo saat bertandang ke booth pameran Dekranasda Muna Barat
“Di ajang pameran yang kami pamerkan adalah tenunan Laworo. Itu habis terjual kemarin,” kata Rosma, Selasa (16/11/2021).
Adapun beberapa produk UMKM binaan Dekranasda Mubar lain ikut dipamerkan adalah kerajinan limbah kayu jati karya pengrajin Desa Katangana Kecamatan Tiworo Selatan, kerajinan batok kelapa, kerajinan aluminium, olahan limbah plastik hingga beragam jenis snack kerupuk diproduksi UP2K Mubar.
Lolos Kurasi
Tingginya minat pengunjung pameran atas produk Tenun Laworo memberi kebangggaan tersendiri bagi Ketua Dekranasda Mubar, Rosma Achmad Lamani. Hal tersebut sejalan dengan komitmen Dekranasda mendorong promosi dan pemasaran produk lokal Mubar karya pengrajin di daerahnya.
Mengenai Tenun Laworo, kata istri Bupati Achmad Lamani, produk lokal Mubar itu memang memiliki ciri khas yang spesial hingga banyak peminat. Tenun Laworo dinyatakan lolos kurasi sehingga layak dijual di level pasar nasional hingga internasional.
“Tenun Laworo ini telah lolos kurasi sehingga dari segi kualitas telah layak bersaing di pasar internasional dan nasional. Ini satu kebanggan bagi Pemkab Mubar. Dalam pameran nasional, beberapa isteri menteri juga ikuti mengoleksi Tenun Mubar ini,” jelasnya.
Sentra produksi Tenun Laworo diketahui berada di Desa Lahaji Kecamatan Napano Kusambi. Di sini, pengunjung bisa sekaligus berwisata melihat proses produksi tenun. Jika tak ingin repot, kata Rosma, masyarakat bisa membeli Tenun Laworo di Kantor Dekranasda Mubar yang memang memajang aneka tenun lokal.
Secara umum, Mubar memiliki banyak pengrajin tenun. Jumlah mencapai 100 orang lebih. Sekitar 80 persen diantaranya adalah penenun jenis kain, sisanya adalah penenun sarung. Mereka tersebar di tiga kecamatan yakni Lawa, Barangka dan Napanokusambi.
Tenun Mubar, kata Rosma, diproduksi secara konvensional tanpa menggunakan mesin atau ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin).
Sebagai leader Dekranasda Mubar yang menaungi para penenun lokal, Rosma mengatakan, pihaknya terus mendorong promosi dan memperluas jejaring pemasaran produk Tenun Mubar. Dengan begitu produk Tenun Mubar bisa dikenal luas. Meningkatnya permintaan produk tenun diharapkan bisa meningkatkan taraf ekonomi pengrajin Mubar.
“Dalam berbagai ajang pameran kita selalu promosi kain tenun. Yang lalu, kita mengupayakan agar Tenun Laworo bisa lolos kurasi dan alhamdulillah sudah lolos. Kita berharap langkah ini bisa memberi manfaat bagi penenun lokal kita dan masyarakat Mubar umumnya,” ujar Rosma. Adm