SULTRABERITA.ID, KENDARI – Perekonomian Sulawesi Tenggara pada triwulan IV 2019 tumbuh 6,87% (yoy), mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,43% (yoy). Hal tersebut disampaikan Pimpinan Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sultra, Suharman Tabrani belum lama ini.
Pada sisi permintaan, kata dia, akselerasi didorong oleh komponen investasi yang didukung oleh pembangunan 3 (tiga) mega proyek di Sultra. Termasuk pula komponen ekspor yang didorong akselerasi ekspor bijih nikel.
BACA JUGA :
- Waspada Kamera Tersembunyi di Penginapan, Ini Cara Mengeceknya
- 7 Skill yang Wajib Orang Tua Ajarkan Kalau Mau Anak Sukses
- Bappeda Sultra Bahas Update Agenda Pembangunan Jembatan Muna – Buton
- Fungsi Kolam Retensi Jalan! Sedimen Lumpur, Pintu Air Tanggul Dicuri Perparah Banjir di Kendari
- Masa Jabatan Rektor UHO Diperpanjang, Ini Alasan Kementerian
Sementara itu, pada sisi penawaran akselerasi didorong oleh lapangan usaha pertanian seiring dengan kondisi cuaca yang kondusif sehingga mampu mendorong peningkatan produksi hasil pertanian dan perikanan.
Dengan realisasi tersebut, lanjut dia, perekonomian Sultra pada 2019 tumbuh sebesar 6,51% (yoy), lebih tinggi dibandingkan tahun 2018 yang sebesar 6,42% (yoy).
Akselerasi tersebut didukung oleh peningkatan konsumsi pemerintah, perlambatan impor, peningkatan pada lapangan usaha pertambangan, industri pengolahan, konstruksi, dan perdagangan.
Memperhatikan kondisi perekonomian terkini, ujar Suharman, ekonomi Sultra pada 2020 diperkirakan tumbuh pada kisaran 6,3% – 6,7% (yoy) di tahun 2020.
“Kinerja sistem keuangan Sulawesi Tenggara hingga akhir 2019 berada pada level yang terjaga tercermin dari pertumbuhan DPK, kredit dengan kualitas kredit yang semakin baik. DPK pada triwulan IV 2019 tumbuh sebesar 14,3% (yoy) dan turut mendorong fungsi intermediasi perbankan,” terang Suharman dalam keterangan pers disampaikan pada Sultraberita.id.
Kondisi tersebut tercermin dari pertumbuhan kredit yang tumbuh sebesar 16,9% (yoy) lebih tinggi dari periode sebelumnya sebesar 12,6% (yoy). Penyaluran kredit terbesar masih didominasi kredit konsumsi dengan pangsa 55,7%, diikut kredit investasi dan kredit modal kerja dengan pangsa sebesar 23,9% dan 20,3%.
“Pertumbuhan kredit tersebut diikuti dengan perbaikan kualitas kredit yang semakin baik,” sambungnya.
Sementara itu sistem pembayaran secara tunai tercatat mengalami net outflow sebesar Rp1,61 triliun pada triwulan IV 2019. Hal ini didorong oleh pembayaran proyek pemerintah dan periode HKBN pada akhir tahun.
Sedangkan pada sistem pembayaran secara non tunai, terjadi peningkatan nilai nominal pada triwulan IV 2019 sebesar 143,21% (yoy) lebih tinggi dibandingkan peningkatan pada triwulan sebelumnya sebesar 84% (yoy).
Transaksi melalui RTGS sebesar masih mendominasi transaksi non tunai dengan pangsa sebesar 69,89%, diikuti SKNBI sebesar 30,11%. Adm