SULTRABERITA.ID, KENDARI – Rumah Makan (RM) Kampung Bakau didapuk sebagai lokasi taman edukasi dan pusat studi tanaman mangrove di Kota Kendari Sulawesi Tenggara (Sultra) oleh Universitas Muhammadiyah Kendari (UMK).
Penunjukkan rumah makan yang sempat menuai kontroversi ini ditandai penandatanganan Momernadum Of Understanding (MOU) dan Perjanjian Kerja Sama (PKS) terkait penggunaan lahan sebagai taman edukasi dan pengelolaan pusat studi mangrove awal Oktober lalu.
Penandatangan nota kesepahaman (MoU) dan perjanjian kerja sama (PKS) dilakukan langsung oleh Owner RM Kampung Bakau, Irmawati dan Rektor UMK, Amir Mahmud.
Owner RM Kampung Bakau, Irmawati menyambut positif agenda UMK yang menjadikan tempat usahanya sebagai pusat studi tanaman bakau. Kata dia, hal ini sejalan dengan tujuan awal pendirian rumah makan dimana usaha yang dirintisnya memang bertujuan melestarikan sekaligus mempromosikan eksotisme tanaman bakau.
Kata dia, keindahan tanaman bakau memang menjadi daya tarik bisnis rumah makan yang menyediakan aneka seafood tersebut. Inilah mengapa management RM Kampung Bakau sangat peduli akan kelestarian lingkungan tanaman bakau dan menyambut antusias kerjasama dengan UMK.
“Justru yang menjadi daya tarik rumah makan ini adalah tanaman bakau. Kalau tidak ada tanaman bakaunya, malah tidak menarik pengunjung. Makanya tanaman bakaunya betul-betul kita jaga. Pembangunan disini pun diupayakan tidak sampaikan merusak bakau. Bisnis rumah makan ini menunjang pelestarian tanaman bakau,” ujarnya.
Sejalan dengan itu, Rektor UMK, Amir Mahmud mengatakan kerjasama UMK dengan RM Kampung Bakau bertujuan sebagai wadah penelitian, pengelolaan dan pengembangan mangrove yang ada. Termasuk untuk mengetahui keadaan kondisi fisik, keadaan lingkungan, batas-batas wilayah, dan potensi yang ada pada wilayah tersebut.
“Hadirnya kami untuk membantu mendampingi pihak kampung bakau, mengupdate perkembangan kondisinya. Apabila ada perubahan akan kita laporkan, jika tidak ada, tetap kita laporkan demikian,” jelasnya.
Menyambut hal tersebut, Irma menyampaikan apresiasi pada UMK yang telah melirik potensi kawasan RM Kampung Bakau sebagai lokasi pusat studi tanaman bakau.
“Kedepannya tidak dilihat dari segi ekonomi tapi ekologi juga dan menambah pengetahuan masyarakat tentang tanaman bakau. Beberapa kawasan wisata bakau tidak bertahan lama karena memang maintanance yang begitu besar. Sisi ekonomi dan ekologi di sini saling menopang agar pariwisata dan program edukasi mangrove bisa bejalan lama,” jelas wanita berhijab itu. Adm