LAJUR.CO, KENDARI – World Cleanup Day (WCD) Sulawesi Tenggara (Sultra) bersama dengan Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Sulawesi Tenggara (Unsultra) menyelenggarakan Seminar Road To WCD 2023 Goes To Campus dengan mengangkat tema ‘Impact Sampah Terhadap Pencemaran Lingkungan dan Kualitas Hidup Masyarakat Kota Kendari’ yang dilaksanakan di Gedung WTC Kampus Unsultra, Rabu (14/6/2023).
Seminar ini merupakan bagian rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh WCD Sultra dan Mapala Unsultra sebagai bentuk kepedulian terhadap lingkungan. Sebelumnya, WCD bersama mahasiswa Unsultra menggalang aksi bersih-bersih sampah pada pekan lalu.
“Kegiatan yang kami lakukan berupa aksi bersih bersih lalu kami adakan seminar. Untuk di Unsultra aksi bersih – bersih kami lakukan Sabtu kemarin tepatnya tanggal 10 Juni 2023,” ujar salah seorang anggota komunitas WCD Sultra.
Seminar Road To WCD 2023 Goes To Campus diketahui bertujuan mengedukasi dan menumbuhkan kesadaran akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan.
WCD Sultra tergerak melakukan kegiatan ini karena melihat kondisi sampah di Kota Kendari yang sangat memprihatinkan. sampah di Kota Kendari mencapai 260 – 265 ton perhari. Permasalahan utamanya ialah dengan jumlah sampah yang sangat besar itu tidak diikuti oleh jumlah armada yang memadai. Tempat Pembuangan Sampah sementara yang disediakan juga masih minim. Selain itu, gaji para pekerja juga sangat memprihatinkan yaitu sekitar Rp. 1.500.000 untuk mengerjakan dan mengelola sampah sebanyak itu.
“Masalahnya ialah sampah di Kota Kendari mencapai kisaran 260 sampai 265 ton perhari apalagi kalau lebaran sampai 365 ton. Adapun yang biasa diangkut armada sekitar 190 ton sehingga beberapa sampah masih terbengkalai,” ujar Badan Kehormatan Organisasi Mapala Unsultra Abdi Ruslan saat mengikuti seminar.
Fasilitas tempat pembuangan sampah disediakan pemerintah, kata Abdi juga juga masih minim yakni hanya sekitar 500 unit.
“Sementara idealnya harus 1000 TPS, masing masing RT seharusnya ada tempat pembuangannya supaya tidak menumpuk. Selain itu gaji para pekerja seharusnya dinaikkan, bayangkan mereka kerja dari sekitaran jam 5 tapi mereka digaji cuma Rp1.500.000 untuk kerjakan sampah sebanyak itu,” ulas Abdi.
Selain menggandeng Unsultra, WCD Sultra menargetkan aksi bersih-bersih dan sosialisasi serupa akan menyasar kampus lain seperti Universitas Muhammadiyah Kendari dan Universitas Mandala Waluya.
“Kami mulai dengan aksi bersih-bersih dan sosialisasi di tataran kampus dulu dengan tujuan meningkatkan kesadaran mahasiswa akan pentingnya menjaga kebersihan di lingkungan kampus. Setelah ini kita mau adakan aksi bersih bersih dan sosialisasi di RT,” ujar salah seorang anggota komunitas WCD Sultra.
Khusus di tahun ini, WCD Sultra telah melakukan aksi bersih-bersih di beberapa tempat wisata seperti Puncak Ahuawali. Sasaran lain adalah kawasan Lapulu, Pantai Batu Gong dan Towea.
“Ada perubahan konsep di tahun ini, jadi kita adakan aksi bersih – bersih di beberapa tempat dan puncaknya di kegiatan World Cleanup Day. Awal bulan Mei lalu kita adakan aksi bersih – bersih di Puncak Ahuawali, selanjutnya 21 Mei di Lapulu bersama ibu ibu PKK. Rencana tanggal 17 dan 18 Juni, kami adakan aksi bersih bersih di Pantai Batugong kolaborasi WCD Sultra dengan Bataragala dibantu ibu ibu karang taruna. Akhir Juli di Towea, ada aksi bersih-bersih dan sosialisasi pengolahan sampah menjadi kerajinan di beberapa sekolah,” jelas anggota komunitas WCD Sultra.
WCD Sultra berharap agar pemerintah lebih serius dalam menangani permasalahan sampah di Kota Kendari dikarenakan dana yang dianggarkan terkait pengelolaan sampah hanya hanya berkisar 2 persen dari APBD.
“Berdasarkan UU No 18 Tahun 2008 mengurangi sampah ialah tugas dari warga negara sementara penanganan sampah ialah tugas pemerintah. Oleh karena itu tugas kami sebagai komunitas pecinta alam ialah mengedukasi dan menumbuhkan kesadaran masyarakat sementara tugas pemerintah ialah menyediakan sarana dan prasarana terkait penanganan sampah,” jelas Abdi Ruslan. P1