LAJUR.CO, KENDARI – Mini series bertajuk “Angin Angan” yang diproduksi oleh PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (Sido Muncul) berhasil mencuri perhatian penonton sejak tayang perdana di YouTube Tolak Angin, Sabtu (14/6/2025) lalu.
Dengan latar visual memukau dari surga bahari Wakatobi, serial ini bukan sekadar tontonan. Serial “Angin Angan” menyajikan pengalaman emosional dan mengajak penonton merenungi arti pulang, keberanian, dan perjuangan.
Cerita berpusat pada Andi Wan Tyupan, si “anak sultan” berpendidikan Eropa yang memilih jalan tak biasa. Tokoh utama dengan panggilan Awan itu meninggalkan Jerman dan pulang ke Indonesia demi nasionalisme, lalu menjadi presenter cuaca.

Dalam cerita tersebut, Awan yang berjiwa patriotik dan tampan, justru harus merasakan cinta bertepuk sebelah tangan. Kebiasaan unik yang membuat Awan hanya bisa menjawab “ha, he, ho” saat ditanya apa pun menjadi pemicunya.
Empat orang sahabatnya menyarankan agar Awan mencari dukun untuk membantu penyembuhan penyakit aneh tersebut. Kabupaten Wakatobi menjadi tujuan mereka untuk menemukan dukun spesialis penyakit diderita Awan.
Mereka kemudian memulai perjalanan penuh makna dari Jakarta, transit di Makassar dan Baubau, sebelum sampai di Wakatobi. Di sini, Awan diarahkan menjalani ritual penyembuhan dari seorang warga lokal yang akrab disapa Abu Samir.
Saat menyelesaikan sejumlah misi dari Abu Samir, Awan justru bertemu Nasya, seorang bule yang tengah liburan di Wakatobi. Nasya sendiri merupakan keponakan dari Abu Samir, dukun yang dipercaya akan menyembuhkan Awan.
Keanehan pun dirasakan para sahabat Awan setelah beberapa hari berada di Wakatobi. Mereka merasa jika ketika bersama Nasya, penyakit Awan sama sekali tidak kambuh.
Mini series ini menampilkan berbagai destinasi menawan di Wakatobi, seperti Pulau Wangi-Wangi, Underwater Tomia, Pantai Cemara dan Kampung Bajo Sampela.
Tak hanya menyuguhkan panorama laut yang jernih dan kehidupan masyarakat pesisir yang memesona, “Angin Angan ” juga dipenuhi dialog menyentuh.
“Ketika orang Indonesia lagi ramai kabur aja dulu, sementara kamu kecil dan besar di luar negeri justru pengen balik dan berbuat sesuatu di tempat kamu dilahirkan,” kata Awan.
“Yang membedakan kita dengan orang lain itu sebenarnya cuma satu: keberanian. Berani memperjuangkan,” jawab Nasya.
Di tengah laut biru dan angin Wakatobi yang lembut, mereka tidak hanya mencari kesembuhan. Awan malah menemukan pelajaran tentang cinta, identitas, dan keberanian menjadi diri sendiri.
Saat ini, mini series dengan dua episode itu telah ditonton oleh ribuan pasang mata dan dibanjiri ratusan komentar positif. Keindahan alam bawah laut Wakatobi mengiringi langkah perjalanan pencarian para tokoh dalam serial promosi produk Tolak Angin. Red




