SULTRABERITA.ID, KENDARI – Para peneliti di sejumlah negara mulai menguji coba plasma darahpenyintas virus Corona COVID-19 untuk mengobati pasien yang masih mengidap Corona. Dalam beberapa kasus pasien dilaporkan berhasil sembuh.
Namun sebenarnya apa terapi plasma darah tersebut? Bagaimana bisa mengobati pasien virus Corona COVID-19?
BACA JUGA:
- Kick Off QRIS Jelajah Budaya Indonesia Sultra di Pesta Rakyat Claro, Dimeriahkan Bazar UMKM
- Sidak di Dinas Ketahanan Pangan, Hugua: Disiplinitas ASN Naik, Kantor Terburuk Masih DKP
- Strategi ASR Stop Tradisi Tawuran Sekolah: Siswa Wajib Apel di Kantor Gubernur, Patroli Gabungan Diaktifkan
- 8 Ekstrakurikuler yang Bisa Digunakan untuk Masuk PTN Tanpa Tes
- 9 Siswa Sekolah Rakyat di Sultra Mengundurkan Diri, Terbanyak Jenjang SD
Simak 6 fakta terkait terapi plasma darah untuk pasien virus Corona COVID-19 yang dirangkum detikcom dari berbagai sumber.
Bagaimana terapi plasma darah untuk pasien Corona?
Pengobatan dengan terapi plasma darah dilakukan dengan menyuntikkan plasma darah yang mengandung antibodi penangkal Corona pada pasien terinfeksi virus Corona COVID-19.
Siapa yang bisa mendonor plasma darah pada pasien Corona?
Seseorang yang sudah dinyatakan sembuh dari virus Corona COVID-19. Orang tersebut harus memiliki golongan darah yang sama dengan pasien yang akan menerima donor plasma darahnya.
Apakah terapi plasma darah terasa sakit?
Francisco Lopez, ahli hematologi di Pusat Medis St Luke, mengatakan prosedur terapi transfusi plasma darah seseorang tidak sakit dan berlangsung selama sekitar satu jam. Sementara mentransfer plasma darah ke pengidap Corona memakan waktu sekitar dua jam.
Bisakah seseorang mendonor plasma darah kedua kalinya?
Bisa. Lopez mengatakan seseorang dapat melakukan transfusi plasma darah kembali setelah 14 hari.
Bagaimana efek sampingnya?
Lopez mengatakan setidaknya dua pendonor merasa pusing saat melakukan terapi plasma darah.
Seberapa efektif melakukan terapi plasma darah?
Dokter di China melakukan terapi plasma darah pada lima pasien Corona dengan rentang usia 36 sampai 73 tahun dan dilaporkan sembuh. Studi ini terbit di Journal of American Medical Association (JAMA).
Meski begitu satu dokter di California, AS, melakukan terapi serupa pada pasien dengan kondisi kritis namun sayangnya tak bisa terselamatkan karena virus Corona sudah merusak banyak organ tubuhnya. Namun terapi plasma darah tersebut masih dipercayai para ahli sebagai obat potensial. Adm
Sumber: detik.com
Judul: https://m.detik.com/health/berita-detikhealth/d-4987993/6-fakta-terapi-plasma-darah-untuk-obati-virus-corona