SULTRABERITA.ID, KENDARI – Para peneliti di sejumlah negara mulai menguji coba plasma darahpenyintas virus Corona COVID-19 untuk mengobati pasien yang masih mengidap Corona. Dalam beberapa kasus pasien dilaporkan berhasil sembuh.
Namun sebenarnya apa terapi plasma darah tersebut? Bagaimana bisa mengobati pasien virus Corona COVID-19?
BACA JUGA:
- Studi Ungkap Bahaya Air Minum Kemasan: Mikroplastik Masuk Darah dan Ganggu DNA
- Dinas SDA Bina Marga Sultra Imbau Warga Partisipasi Rawat Infrastruktur Jalan
- Pertamina Patra Niaga Sulawesi & HIMPANA Manado Aksi Tabur Benih Ikan di Danau Tondano
- Kalla Toyota Laksanakan Program CSR, Berikan Pemeriksaan Kesehatan Gratis
- Program JAMAAH ASR-Hugua: Ruas Jalan Rusak di Angata Teraspal Mulus, Alangga-Tinanggea 10 Persen Lagi
Simak 6 fakta terkait terapi plasma darah untuk pasien virus Corona COVID-19 yang dirangkum detikcom dari berbagai sumber.
Bagaimana terapi plasma darah untuk pasien Corona?
Pengobatan dengan terapi plasma darah dilakukan dengan menyuntikkan plasma darah yang mengandung antibodi penangkal Corona pada pasien terinfeksi virus Corona COVID-19.
Siapa yang bisa mendonor plasma darah pada pasien Corona?
Seseorang yang sudah dinyatakan sembuh dari virus Corona COVID-19. Orang tersebut harus memiliki golongan darah yang sama dengan pasien yang akan menerima donor plasma darahnya.
Apakah terapi plasma darah terasa sakit?
Francisco Lopez, ahli hematologi di Pusat Medis St Luke, mengatakan prosedur terapi transfusi plasma darah seseorang tidak sakit dan berlangsung selama sekitar satu jam. Sementara mentransfer plasma darah ke pengidap Corona memakan waktu sekitar dua jam.
Bisakah seseorang mendonor plasma darah kedua kalinya?
Bisa. Lopez mengatakan seseorang dapat melakukan transfusi plasma darah kembali setelah 14 hari.
Bagaimana efek sampingnya?
Lopez mengatakan setidaknya dua pendonor merasa pusing saat melakukan terapi plasma darah.
Seberapa efektif melakukan terapi plasma darah?
Dokter di China melakukan terapi plasma darah pada lima pasien Corona dengan rentang usia 36 sampai 73 tahun dan dilaporkan sembuh. Studi ini terbit di Journal of American Medical Association (JAMA).
Meski begitu satu dokter di California, AS, melakukan terapi serupa pada pasien dengan kondisi kritis namun sayangnya tak bisa terselamatkan karena virus Corona sudah merusak banyak organ tubuhnya. Namun terapi plasma darah tersebut masih dipercayai para ahli sebagai obat potensial. Adm
Sumber: detik.com
Judul: https://m.detik.com/health/berita-detikhealth/d-4987993/6-fakta-terapi-plasma-darah-untuk-obati-virus-corona