LAJUR.CO, JAKARTA – Informasi perihal Aliando Syarief yang mengaku mengidap gangguan mental OCD atau Obsessive Compulsive Disorder menyedot perhatian banyak pihak.
Lantaran didiagnosis terkena OCD, Aliando mengaku merasa kesulitan melakukan aktivitas hariannya.
“Saya kena OCD, makanya kenapa enggak keluar dua tahun dan maksudnya jangan sampai ada berita aneh-aneh juga karena yang akurat berita langsung dari akunnya Ali ini,” ujar Aliando, dikutip dari Kompas.com, Sabtu (29/1/2022) dari siaran langsung akun Instagramnya.
Apa itu OCD?
Melansir MayoClinic (11/3/2020), OCD atau obsessive compulsive disorder adalah gangguan atau penyakit yang menyebabkan pola pikir dan ketakutan yang tidak diinginkan dan membuat pengidapnya melakukan hal berulang dan berperilaku kompulsif.
Obsesi dan kompulsi ini mengganggu aktivitas sehari-hari dan menyebabkan penderitaan yang signifikan.
Pengidapnya mungkin mencoba untuk mengabaikan atau menghentikan obsesinya, tetapi tindakan itu justru meningkatkan stres dan kecemasan dalam dirinya.
Pada akhirnya, pengidap merasa terdorong untuk melakukan tindakan kompulsif untuk mencoba meredakan stres.
Meskipun ada upaya untuk mengabaikan atau menyingkirkan pikiran atau dorongan yang mengganggu, mereka terus datang kembali.
Selain itu, OCD sering kali berkutat pada pola-pola tertentu misalnya, ketakutan berlebih akan terkontaminasi kuman.
Untuk meredakan ketakutan itu, pengidap OCD akan terus-menerus mencuci tangan sampai kulitnya terasa sakit dan pecah-pecah.
Faktor penyebab OCD
Hingga kini, dokter tidak yakin apa saja faktor penyebab OCD.
Namun, mereka percaya stres bisa memperburuk gejala seseorang yang mengidap OCD.
Kondisi OCD lebih umum terjadi pada wanita ketimbang pria.
Sementara, seseorang bisa mengidap OCD bisa dikarenakan adanya faktor risiko yang mendukung.
Faktor risiko OCD yang diketahui meliputi :
– Orang tua, saudara kandung, atau anak dengan OCD
– Perbedaan fisik di bagian tertentu dari otak Anda
– Depresi, kecemasanp
– Pengalaman dengan trauma
– Riwayat pelecehan fisik atau seksual sebagai seorang anak
Terkadang, seorang anak mungkin mengalami OCD setelah infeksi streptokokus.
Streptokokus adalah gangguan neuropsikiatri autoimun pediatrik yang terkait dengan infeksi bakteri streptokokus.
Gejala OCD
Obsesi OCD adalah pikiran, desakan atau gambaran yang berulang, terus-menerus dan tidak diinginkan, yang mengganggu dan menyebabkan penderitaan atau kecemasan.
Menurut WebMD (4/9/2020), OCD datang dalam berbagai bentuk meliputi :
– Mengecek, seperti kunci, sistem alarm, oven, atau sakelar lampu, atau mengira Anda memiliki kondisi medis seperti kehamilan atau skizofrenia.
– Kontaminasi, ketakutan akan hal-hal yang mungkin kotor atau paksaan untuk membersihkan. Kontaminasi mental melibatkan perasaan seperti Anda telah diperlakukan seperti kotoran.
– Simetri dan keteraturan, kebutuhan untuk mengatur sesuatu dengan cara tertentu.
– Meragukan dan mengalami kesulitan menoleransi ketidakpastian.
– Pikiran agresif atau mengerikan tentang kehilangan kendali dan meulai diri sendiri atau orang lain.
– Perenungan dan pikiran yang mengganggu, obsesi dengan garis pemikiran. Beberapa dari pikiran ini mungkin sulit atau mengganggu.
– Pemikiran tentang meneriakkan kata-kata kotor atau bertindak tidak pantas di depan umum.
– Ketakutan yang kuat untuk melakukan tindakan seksual yang keji. Ketakutan ekstrim menjadi kekerasan saat berhubungan seks. Pikiran atau gambaran yang mengganggu tentang tindakan seksual yang menyusahkan dengan entitas yang tidak diinginkan, seperti anak-anak atau hewan.
– Menghindari situasi yang dapat memicu obsesi, seperti berjabat tangan.
Pencegahan OCD
Tidak ada cara pasti untuk mencegah gangguan obsesif-kompulsif atau OCD.
Namun, segera mungkin lakukan pengobatan dapat membantu mencegah OCD memburuk dan mengganggu aktivitas dan rutinitas harian pengidap atau pasien. Adm
Sumber : Kompas.com