BERITA TERKININASIONAL

April, Awal Musim Kemarau RI dan Netralnya El Nino

×

April, Awal Musim Kemarau RI dan Netralnya El Nino

Sebarkan artikel ini
Ilustrasi. Foto : Ist

LAJUR.CO, JAKARTA – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi April jadi masa pancaroba bulan kedua sekaligus awal mula musim kemarau di bagian selatan Indonesia serta periode mulai netralnya El Nino.

Dalam siaran persnya, BMKG menyebut puncak musim hujan sudah terlewati di berbagai wilayah Indonesia, khususnya wilayah RI bagian selatan khatulistiwa, terutama Jawa hingga NTT.

Hal ini mengindikasikan “wilayah tersebut akan mulai memasuki peralihan musim di bulan Maret hingga April.”

Salah satu ciri masa pancaroba adalah udara hangat dan terik pada pagi hingga siang hari kemudian tiba-tiba hujan pada sore hingga menjelang malam hari.

Pasalnya, radiasi matahari yang diterima pada pagi hingga siang hari cukup besar dan memicu proses konveksi (pengangkatan massa udara) dari permukaan Bumi ke atmosfer sehingga memicu terbentuknya awan.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati pun mengatakan awal musim kemarau segera menyusul di kawasan selatan Indonesia itu seiring aktifnya Monsun Australia, atau angin kering dari Benua Kanguru, di bulan keempat ini.

“BMKG memprediksi awal musim kemarau terjadi seiring aktifnya monsun Australia pada April 2024, yang akan dimulai dari wilayah NTT, NTB, dan Bali,” ungkap dia dalam konferensi pers secara daring, Jumat (15/3).

Awal musim kemarau 2024 tidak dialami seluruh wilayah Indonesia secara serentak. BMKG menyebut pada April kemarau diprakirakan mulai terjadi di pesisir utara Banten, Jakarta, dan Jawa Barat, bagian pesisir Jawa Timur, sebagian Bali, NTB, dan NTT.

Baca Juga :  Kartu Prakerja 2024 Dibuka, Peserta Lolos Dapat 4,2 Juta

Puncak musim kemaraunya, kata BMKG, secara umum di seluruh Indonesia bakal terjadi pada Juli–Agustus 2024.
Curah hujan

Berdasarkan Buletin Informasi Iklim Maret 2024, BMKG memprakirakan wilayah Indonesia pada April hingga Juni umumnya diprakirakan mengalami curah hujan kategori menengah hingga tinggi.

Khusus April, 2,06 persen wilayah Indonesia diprakirakan mengalami curah hujan kategori rendah (0–100 mm per bulan), 46,81 persen diprakirakan menengah (100 – 300 mm/bulan), dan 51,13 persen bercurah hujan kategori tinggi hingga sangat tinggi (>300 mm per bulan).

Curah hujan tinggi (300-400 mm per bulan) dan sangat tinggi (400-500 mm per bulan) pada April itu diprediksi masih terjadi di Sumatra bagian selatan, Jawa Barat bagian tengah (sekitar Bogor, Sukabumi), mayoritas Kalimantan (Kalteng), bagian tengah Sulawesi, mayoritas Maluku, mayoritas Papua.

Yang terpantau banyak keringnya pada peta prakiraan curah hujan itu antara lain Jatim, Bali, NTT, dan NTB.

RI diprediksi makin kering pada Mei dengan jumlah wilayah yang mengalami curah hujan kategori rendah meningkat jadi 6,73 persen wilayah dan daerah curah hujan tinggi hingga sangat tinggi turuh ke 32,10 persen.

Baca Juga :  KPPU Ungkap Produksi Turun Jadi Biang Kerok Kelangkaan Beras

Meski begitu, wilayah yang diprakirakan mengalami curah hujan menengah naik jadi 61,17 persen.

Untuk pekan-pekan awal April, BMKG memprediksi curah hujan masih lumayan basah di sebagian besar Indonesia, termasuk Jabodetabek.

Prediksi curah hujan akumulasi pada 3 April, contohnya, menunjukkan hujan sedang (20–50 mm per hari) di sebagian besar Jabodetabek, dengan di wilayah Puncak Bogor.

Senada, cuaca ekstrem masih diprakirakan masih bakal terjadi di banyak wilayah, termasuk Jakarta. Berikut rinciannya:

1 April

Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Riau, Bengkulu, Jambi, Kep. Bangka Belitung, Sumatra Selatan, Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan;

Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Gorontalo, Sulawesi Utara, Maluku, Papua Barat dan Papua.

2 April–4 April

Kep. Riau, Bengkulu, Jambi, Sumatra Selatan, Kep. BangkaBelitung, Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah;

Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat, dan Papua.

Nasib El Nino

BMKG menunjukkan angka fenomena El Nino, yang biasanya menurunkan curah hujan, sejauh ini masih Moderat, belum turun jadi Netral. Pada Ikhtisar Cuaca Harian Minggu (31/3), El Nino masih bernilai +1,0 dan tidak ngefek terhadap peningkatan curah hujan di Indonesia.

Baca Juga :  Support Tenun Sultra, Pj Gubernur Andap Dijadwalkan Hadiri Ajang Indonesia Fashion Week 2024

Badan Kemaritiman dan Atmosfer AS (NOAA) juga mengungkap kondisi El Nino saat ini “teramati.” Hal itu tampak dari laporan di beberapa area pengukuran El Nino. Yang jadi pusatnya dan banyak jadi tolok ukur adalah Nino 3.4. Berikut detilnya:

+ Nino 4: 1,0º C
+ Nino 3.4: 1,3º C
+ Nino 3: 1,0º C
+ Nino 1+2: -0,1º C

NOAA juga mengungkap suhu permukaan laut (SST) wilayah khatulistiwa berada di atas rata-rata di seluruh wilayah Samudera Pasifik tengah dan timur.

“Anomali atmosfer tropis Pasifik konsisten dengan El Nino.”

Meski begitu, model-model iklim dunia menunjukkan El Nino mulai merealisasikan rencana ‘rehat’ mulai April.

International Research Institute for climate prediction (IRI) menyatakan “mayoritas model menunjukkan El Nino akan bertahan hingga Maret–Mei 2024 dan kemudian bertransisi ke ENSO-netral pada bulan April–Juni.”

Setelah periode singkat kondisi ENSO netral, sebagian besar model iklim menunjukkan transisi ke La Nina, yang biasanya memicu banyak hujan, sekitar Juli–September.

Senada, NOAA menyebut transisi dari El Nino ke ENSO netral kemungkinan terjadi pada bulan April-Juni 2024 (peluangnya 83 persen), dengan kemungkinan terjadinya La Nima yang meningkat pada Juni-Agustus 2024 (62 persen). Adm

Sumber : CNNIndonesia.com

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x