LAJUR.CO, KENDARI – Bagi sebagian orang menganggap sampah plastik sebagai limbah yang tidak memiliki nilai manfaat sehingga hanya berakhir di pembuangan sampah. Namun penilaian ini tidak berlaku bagi Emin, lulusan sarjana Administrasi Publik di Universitas Halu Oleo (UHO).
Pria kelahiran Kendari ini justru punya ide memanfaatkan sampah plastik hingga mampu mencapai omset ratusan juta. Ia dan timnya mengolah limbah plastik menjadi produk yang bernilai guna.
Emin kini tercatat menjadileader di PT. Inocycle Technology Group Tbk. Perusahaan dipimpinnya tersebut fokus pada bisnis daur ulang limbah plastik yang berlokasi di Kambu, Kota Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra).
PT Hilon Felt, PT Inocycle Technology Group Tbk “INOV” didirikan pada tahun 2001 dengan pabrik utamanya berbasis di Tangerang, Banten. Inocycle adalah anggota grup Hilon Indonesia, salah satu produsen non-woven terintegrasi terbesar di Indonesia dengan lebih dari 40 tahun keahlian industri dan produk dengan kualitas terbaik.
Sebagai produsen Hollow Conjugated Polyester Staple Fiber terkemuka di Indonesia, Inocycle merupakan perusahaan yang memproduksi Recycled Polyester Staple Fiber (Re-PSF) dengan mengolah plastik daur ulang tanpa menghasilkan sampah.
Sebelum menjadi seorang leader di PT. Inocycle Technology Group Tbk, Emin pernah bekerja di percetakan dan tambang. Ia memulai karirnya di perusahaan ini sebagai tenaga marketing pada tahun 2019. Dari sinilah Emin kemudian fokus mengembangkan usaha menjadi pengepul sampah plastik.
Setiap bulan, Emin menargetkan dapat mengumpul plastik bekas sebanyak 50 ton. Namun, kadang ia hanya mampu menghasilkan 30 ton botol dari berbagai jenis plastik, mulai dari botol yang berkualitas rendah, menengah, hingga botol berkualitas tinggi.
Botol berkualitas rendah ditimbang dari pengepul keliling dengan harga Rp3100 per kilogram. Untuk botol berkualitas menengah ditimbang dengan harga Rp4400, sementara botol berkualitas tinggi dibeli dengan harga Rp5000 per kilonya.
“Botol yang kami beli ada 3 jenis, ada yang bening semacam botol fresh tea kategori mahal, terus kategori kualitas menengah itu yang biru muda seperti botol Lee Mineral dan Aqua, sementara kategori murah seperti botol Mizone,” ucapnya saat diwawancarai awak Lajur.co, Senin (24/9/2023).
Saat ini Emin baru mempunyai 14 orang karyawan. Tugas mereka terbagi, di bidang karding, penjahit, packing, sopir, admin, marketing, dan teknisi.
Melihat volume kerja yang lumayan padat, Emin berencana menambah jumlah karyawan.
“Kedepan pasti ada, untuk penambahan karyawan, karna kemarin sempat ada kunjungan dari orang Korea, jadi kita mau didatangkan mesin cincang untuk botol,” ungkapnya.
Perusahaan yang bergerak di Kota Lulo ini merupakan cabang perusahaan yang beroperasi di ibukota Sulawesi Selatan itu. Karena belum memiliki mesin cincang, maka botol yang sudah dikumpulkan dikemas dan dikirim ke Makassar untuk diolah dengan mesin cincang.
Hasilnya akan dikirim kembali ke Kendari untuk dilakukan olahan lebih lanjut. Hasil dari pengolahan tersebut mampu menghasilkan produk yang bisa digunakan untuk lapisan aspal, pembuatan bantal, kasur, matras, dan lainnya.
Saat ditanya pengalamannya bekerja mengolah plastik, Emin mengaku belum mengetahui hal ihwal pengolahan plastik dan semacamnya. Namun karena semangat, tekad yang kuat untuk bertahan dan terus belajar, membuat ia mampu menjadi pemimpin di perusahaan.
“Sebenarnya sih banyak, kita dapat ilmu baru, ternyata sampah-sampah di luar sana bisa dikelola menjadi barang berharga. Kita bisa dapat penghasilan, sekaligus bantu jaga lingkungan bebas dari sampah,” pungkasnya.
Emin mampu memberi perubahan secara ekonomi bagi dirinya dan belasan karyawan yang membersamainya mengelola perusahaan sekaligus menjadi pegiat sampah plastik. P1