LAJUR.CO, KENDARI – Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Sulawesi Tenggara (Sultra) menggaet kemitraan dengan Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Sultra untuk mendukung program budidaya maggot yang menyasar daerah dengan tingkat kemiskinan ekstrem di Sultra. Bentuk kemitraan ini memungkinkan hasil budidaya maggot dari limbah sisa makanan dapat diserap secara maksimal memenuhi kebutuhan pakan pakan ikan nelayan yang tergabung dalam wadah HNSI Sultra.
Rencana kemitraan tersebut dibahas saat audiensi Ketua HNSI Sultra Yusrianto di Kantor DLH Sultra, Selasa (17/10/2023).
Kepala DLH Sultra Andi Makkawaru mengatakan, program kerjasama ini merupakan bentuk respon cepat instruksi Pj Gubernur Sultra Andap Budhi yang mengarahkan optimalisasi budidayakan larva maggot untuk memenuhi kebutuhan pakan ikan budidaya air tawar.
“Ini implementasi ajakan Gubernur Sultra dalam program pengurangan kemiskinan ekstrem melalui budidaya larva maggot sebagai pakan ternak, unggas dan ikan budidaya,” ujar Andi Makkawaru.
Selama ini, diakui, pasokan pakan ikan di Sultra masih sangat bergantung dari Provinsi Sulawesi Selatan dan Jawa Timur. Harga pakan ikan impor yang relatif mahal pun berimbas pada tingginya nilai jual produk ikan air tawar. Lewat program budidaya maggot yang masif di daerah, kebutuhan pakan ikan perlahan dapat terpenuhi tanpa harus impor.
“Sudah bertemu dengan DPD HNSI Sultra terkait program budidaya maggot sebagai pakan ikan budidaya air tawar. Ini akan menjadi agenda bersama sesuai program pemerintah pusat target produksi 22, 65 juta ton produksi budidaya ikan air tawar, maka pakan ikan menjadi salah satu faktor kunci mencapai target,” jelasnya.
DPD HNSI Sultra berkomitmen mengambil peran lebih nyata sejalan dengan program pemerintah pusat dalam hal ini Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dengan target 22, 65 juta ton produksi budi daya ikan air tawar. Perluasan area budidaya dan bibit ikan, mesti didukung kesiapan suplai pakan memadai sebagai faktor utama.
Adapun bentuk kerjasama DLH Sultra dengan HSNI yakni membangun kemitraan pasar hasil panen budidaya maggot untuk pakan ikan. Dengan adanya budidaya maggot di Sultra, para nelayan lebih mudah menjangkau kebutuhan pakan ikan mereka.
Program yang akan dilaksanakan secara berkesinambungan ini diharapkan dapat mengurangi sisa makanan, menambah income bagi masyarakat miskin serta menyediakan pakan maggot untuk nelayan budidaya ikan. Dalam jangka panjang, program ini juga efektif menekan angka kemiskinan ekstrem, stunting dan inflasi.
“Selain untuk menekan angka kemiskinan ekstrem, hasil perikanan budidaya air tawar dapat pula menjadi sumber pangan alternatif sehingga bahan pokok ikan laut yang selama ini menjadi komponen penyumbang inflasi tinggi dapat diturunkan,” lanjut Andi Makkawaru.
Sebagai informasi, akhir tahun ini DLH Sultra menyasar daerah kemiskinan ekstrem untuk pengenalan budidaya maggot dengan memanfaatkan limbah sisa makanan. Sejumlah daerah yang disasar diantaranya Kabupaten Konawe, Kolaka Utara, Konawe Kepulauan, Buton Utara dan Wakatobi.
Adapun realisasi kerjasama antara DLH Sultra dan HSNI Sultra akan dilaksanakan pada tahun 2024 dengan penandatanganan nota kesepahaman lintas sektor. Beberapa stakeholder seperti Brida, DKP, Dinas Koperasi dan UMKM Sultra serta pihak perbankan daerah, filantropi TNI/Polri diajak untuk turut terlibat. Pemerintah juga akan segera menyusun arah kebijakan agar sistem ekonomi sirkular berbasis ekonomi hijau dapat diimplementasikan di Bumi Anoa. Red