SULTRABERITA.ID, KENDARI – Empat warga sekitar Kota Lama hingga kini masih bertahan di kawasan yang dilalui proyek Jembatan Bahteramas. Mereka menolak rumahnya digusur oleh proyek mercusuar tersebut.
BACA JUGA :
- Sejarah Hari Bank Indonesia 5 Juli dan Bedanya dengan HUT BI
- Empat Unit Pertamina Patra Niaga Sulawesi Bersinar di BUMN Track CSR Awards
- Tarif Ojol Bakal Naik 15 Persen, Segini Harga per Km Berdasarkan Zona Wilayah
- Polres Koltim Gelar Upacara HUT Bhayangkara ke-79 di Aula Rujab Bupati
- Dorong Ekonomi Syariah, OJK Sultra Edukasi Keuangan di Sultra Maimo 2025
Adanya warga yang enggan pindah itu menyebabkan penyelesaian infrastruktur jembatan yang menghubungkan Kota Lama dan Bungkutoko mulur dari target.
Pantauan SULTRABERITA.ID, Minggu 12 Januari 2020, masih ada beberapa bangunan yang tetap kokoh berdiri di kawasan perdagangan yang dulunya dikenal sebagai Kampung Pecinan di Kota Kendari. Padahal, sebagian besar sudah rata dengan tanah.
Anggota Komisi V DPR RI, Ridwan Bae, menyatakan sempat memantau progres Jembatan Bahteramas saat kunjungan reses di Kendari belum lama ini. Ia membenarkan jika masih ada warga yang menolak untuk direlokasi.
“Kita sudah pantau. Progressnya 80 persen. Masih ada warga yang bertahan. Makanya mulur,” ungkap politisi Golkar itu pada Sultraberita.id belum lama ini.
Seharusnya, jembatan yang membelah Teluk Kendari dengan panjang 1,3 kilometer itu sudah akan rampung Februari mendatang.
Akibat masalah tersebut, agenda penyelesaian Jembatan Bahteramas terpaksa di- reschedule ulang bulan Juni mendatang.
Ridwan menyatakan sejatinya pemerintah sudah menyiapkan dana ganti rugi bagi seluruh warga yang terkena imbas proyek Jembatan Bahteramas. Termasuk bagi empat warga tersebut yang masih bertahan di lokasi.
“Uang ganti ruginya sudah ada di pengadilan. Dititip di sana. Tinggal diserahkan. Hanya memang yang empat itu agak lama prosesnya. Pasti diselesaikan,” tukas Ridwan. Adm