LAJUR.CO, KENDARI – Belum genap setahun menjabat, Bupati Buton Alvin Akawijaya Putra sudah bikin publik geleng-geleng kepala. Bukan soal kebijakan kontroversial, melainkan kehadirannya di Buton justru dinilai “menghilang” selama hampir tiga pekan.
Alvin, yang baru dilantik sebagai Bupati Buton periode 2025–2030 pada 20 Februari lalu, tercatat hiatus selama 20 hari dari wilayahnya sendiri. Bupati Termuda ini justru lebih memilih dinas di Jakarta, kota kelahirannya pada 18 Mei 1996.
Hal ini jadi sorotan publik setelah dua organisasi mahasiswa, yakni Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) melayangkan pengaduan ke kantor polisi setempat. Mereka menyebut diri sebagai “Rakyat Buton” dan mempertanyakan keberadaan kepala daerah mereka.

Dilansir dari detiknews, Surat tanda bukti pengaduan yang terbit pada Kamis (18/9/2025), memuat dugaan “kehilangan” Bupati Buton yang disebut tidak jelas berada dimana selama 20 hari.
Sementara itu, pada Sabtu (20/9/2025), Alvin akhirnya buka suara. Ia mengaku baru kembali ke Buton setelah sebelumnya melakukan kunjungan kerja dalam rangka koordinasi dengan pemerintah pusat. Kementerian Pekerjaan Umum dan Dirjen Bina Marga menjadi dua tempat yang sempat disambangi putra dari eks Gubernur Sultra Ali Mazi itu.
Pengakuan kepala daerah yang sebelumnya berprofesi sebagai advokat itu tak serta merta meredam kritikan. Sebagian warga dan mahasiswa tetap mempertanyakan urgensi dan transparansi aktivitas seorang bupati yang lebih aktif di luar daerah dibanding di wilayah yang dipimpinnya.
Fenomena kepala daerah yang lebih sering ‘berkantor’ di Jakarta pun bukan hal baru. Namun, ketika itu dilakukan oleh bupati termuda era pemerintahan Presiden Prabowo, pertanyaan publik pun meluas. Kalangan publik bertanya apakah gaya kepemimpinan milenial akan beda, atau justru mengulang pola lama?
Alih-alih menyoroti semangat baru atau gebrakan program di Buton, masyarakat lebih dulu dihadapkan pada ketidakhadiran fisik sang pemimpin di tengah rakyatnya sendiri.
Nama Alvin Akawijaya Putra mencuri perhatian sejak resmi menjabat sebagai Bupati Buton. Ia juga dikenal sebagai putra dari Ali Mazi, mantan orang nomor satu di Sultra yang menjabat selama dua periode.
Saat memutuskan terjun ke dunia politik dan menang dalam Pilkada Buton 2024 bersama pasangannya, Syarifuddin Saafa. Pasangan ini memenangi Pilkada dengan perolehan 36,3% suara.
Sebelum menjadi bupati, Alvin ternyata memiliki rekam jejak organisasi yang cukup panjang. Ia pernah menjabat sebagai Ketua Umum KNPI Sultra, dan Ketua Bidang Hubungan Internasional KADIN Sultra. Dirinya juga pernah menjadi Penerima IKA PMII Awards 2022.
Meski tergolong baru di panggung politik elektoral, Alvin sukses menapaki kursi 01 Kabupaten Buton dalam sekali tarung. Ia kini menjadi bagian dari gelombang kepala daerah muda di Indonesia, bersama nama-nama seperti Vinanda Prameswati (Kediri), Fahmi Muhammad Hanif (Purbalingga), dan Serena Cosgrova Francis (Kupang).
Sebagai kepala daerah yang masih muda, Alvin membawa harapan besar. Tapi kritik terhadap transparansi, kehadiran fisik, dan prioritas kerja bisa menjadi ujian pertama yang menentukan arah kepemimpinannya ke depan.
Dengan sorotan publik yang sudah cukup tajam di awal masa jabatan, Alvin dituntut untuk tidak hanya lincah di Jakarta, tetapi juga hadir nyata di Buton, tempat rakyatnya menaruh harap. Red




