SULTRABERITA, KENDARI – Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Wilayah Sulawesi Tenggara membekali para jurnalis dalam memahami isu- isu kesehatan. Pembekalan ini dianggap penting guna meningkatkan pemahaman para pewarta dalam melakukan peliputan mengenai kesehatan.
Pembekalan dalam bentuk diskusi ini diinisiasi oleh Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Kendari. Diskusi yang diselenggarakan di Sekretariat AJI Kendari, Kamis (12/12) malam itu dihadiri Dokter Spesialis Ahli Bedah Rumah Sakit Umum Bahteramas, dr La Ode Rabiul Awal Sp.B KBD yang juga Ketua IDI Wilayah Sultra dan Ketua IDI Kota Kendari dr Algazali Amirullah.
BACA JUGA :
- ATM Bank Sultra di DKI Jakarta Bertambah, Terbaru Ada di Mess Pemprov
- 528 Hari Pengabdian Andap Budhi Revianto di Sultra, Delapan Isu Strategis Nasional Rampung
- Tri Berdayakan Calon Atlet Esports Lewat Ajang H3RO Masterclass
- Kemendikti Pastikan KIP Kuliah Aman, Tak Dipangkas Efek Efisiensi Anggaran
- Harga Emas Antam Cetak Rekor, Tembus Rp 1,7 Juta per Gram
Ketua AJI Kendari, Zainal A Ishaq menjelaskan, latar belakang diadakannya kegiatan itu bermula dari pemberitaan beberapa jurnalis Kendari mengenai pasien yang bernama Evan (42), warga Desa Pewutaa Kecamatan Angata Kabupaten Konawe Selatan.
Evan menderita kanker usus besar sehingga ususnya dikeluarkan ke dinding perut agar kotoran di dalam perut bisa keluar.
Zainal menyebut liputan para jurnalis mengenai masalah tersebut terlalu bombastis. Bahkan dia menganggap beberapa jurnalis tidak disiplin melakukan verifikasi mengenai pasien tersebut.
Kondisi ini, kata dia, tentu akan merugikan dokter yang menangani pasien tersebut dan bisa pula berdampak buruk terhadap pasien sendiri.
“Olehnya itu, kami menggelar diskusi ini guna meningkatkan kapasitas para jurnalis dalam menurunkan laporan tentang isu-isu kesehatan. Kami menyadari pemahaman jurnalis tentang isu kesehatan masih kurang,” ungkapnya.
Di tempat yang sama, dr Rabiul Awal yang menangani pasien bernama Evan menanggapi santai polemik mengenai penanganan warga asal Kecamatan Angata itu. Menurutnya Evan merupakan pasiennya dan sudah lama melakukan konsultasi dengan dirinya. Meski pemberitaan itu berdampak negatif terhadap dirinya, namun hal itu ia anggap biasa.
“Kami tidak akan baper dengan pemberitaan itu. Sebab banyaknya sorotan tersebut karena kurangnya pemahaman kita terhadap masalah kanker usus besar,” bebernya.
Menurutnya, Evan menderita penyakit kanker usus besar. Pasien ini pun sebelumnya sempat menjalani perawatan di Makassar hingga terakhir berobat di Rumah Sakit Umum Bahteramas.
Rabiul menyebut tindakan mengeluarkan usus ke dinding perut atau biasa disebut kolostomi perlu diambil untuk menyelamatkan nyawa pasien. Soalnya, usus yang bersangkutan tidak mampu lagi mengeluarkan kotoran ke anus.
“Makanya kami mengambil tindakan yang disebut kolostomi sebagai upaya menyelamatkan pasien itu. Jadi kami keluarkan ususnya ke dinding perut agar kotoran di dalam perut pasien bisa keluar. Dan ini satu-satunya jalan agar bisa menyelamatkan pasien tersebut,” ungkapnya.
Selain menjelaskan mengenai penanganan pasien Evan, dokter yang bertugas di Rumah Sakit Umum Bahteramas ini juga memaparkan materi mengenai kanker usus besar atau kanker kolorektal kepada peserta diskusi.
Hingga kini, katanya, penyebab pasti manusia terkena kanker usus besar belum diketahui. Namun ada beberapa faktor yang dapat memicu munculnya penyakit ini di tubuh manusia. Salah satunya karena faktor keturunan.
Menurutnya, untuk mencegah hal itu terjadi maka pola hidup sehat harus diutamakan dengan banyak mengonsumsi buah dan sayuran yang mengandung serat. Menurutnya kanker kolorektal berada di urutan ketiga yang menyebabkan kematian pada wanita di dunia setelah kanker paru dan kanker payudara.
Selain itu, kanker ini juga berada di urutan ketiga yang menyebabkan kematian pada pria di dunia setelah kanker paru dan prostat. Penyakit ini sendiri bisa dideteksi secara dini melalui beberapa tindakan di antaranya pemeriksaan darah samar dalam feses dan colok dubur.
Sementara itu, Ketua IDI Kota Kendari, dr Algazali Amirullah meminta para jurnalis agar hati-hati dalam memberitakan isu-isu kesehatan. Bahkan ia berharap supaya para jurnalis di Kota Kendari disiplin dalam melakukan verifikasi sebelum menurunkan laporan tentang kesehatan. Dia pun menyinggung pemberitaan mengenai Evan.
Menurutnya kurang pahamnya jurnalis dalam memberitakan penyakit yang menimpa Evan mengakibatkan munculnya polemik di tengah-tengah masyarakat. Padahal, tindakan medis yang dilakukan terhadap dokter semata-mata demi menyelamatkan pasien tersebut.
Olehnya itu, dia meminta para jurnalis agar selalu meningkatkan kapasitasnya mengenai isu-isu kesehatan. Sebab pemberitaan yang terlalu bombastis mengenai Evan sangat merugikan dokter yang menanganinya.
“ Untungnya, dokter yang menangani pasien itu tidak tertekan secara psikologis. Kalau dokter tertekan secara psikologis, sudah tentu akan mempengaruhi tindakan dokter dalam menangani pasien-pasien yang lain. Ini yang harus dipahami oleh teman-teman jurnalis,” pungkasnya. Adm