LAJUR.CO, KENDARI – Benteng Tiworo, salah satu warisan sejarah dari Kerajaan Tiworo, kini dalam kondisi memprihatinkan. Kawasan dalam benteng yang terletak di Kelurahan Waumere, Kecamatan Tiworo Kepulauan (Tikep), Kabupaten Muna Barat (Mubar), Sulawesi Tenggara (Sultra) ini tampak tidak terawat.
Rerumputan memenuhi beberapa sudut lahan, dan tanaman nilam tumbuh di beberapa bagian. Bahkan, makam-makam yang ada di dalam area benteng pun terlihat kurang mendapat perhatian. Pagar benteng terlihat banyak diselimuti tumbuhan merambat.
Keadaan ini berdasarkan pantauan awak Lajur.co, Selasa (26/11/2024).
Di tengah kawasan benteng, berdiri sebuah masjid yang sedang dalam tahap renovasi, yakni Masjid Sangia Bharakati. Pembangunannya sudah mencapai tahap penyelesaian pada bagian dinding dan atap, namun lantai masjid masih terbuat dari semen. Sangia Bharakati diambil dari nama Raja Tiworo yang membangun masjid ini pada tahun 1469.
Meskipun renovasi masjid tersebut tengah berlangsung, kondisi benteng secara keseluruhan memerlukan perhatian lebih agar nilai sejarahnya tetap terjaga. Tidak hanya itu, makam-makam tua yang berada dalam kawasan benteng ini juga sangat jauh dari perhatian.
Konon, Benteng Tiworo ini dibangun pada abad XVI oleh Raja Muna, La Ode Asmana. Saat ini, kondisi benteng masih menunjukkan bentuk dan kekokohannya meskipun beberapa bagian sudah mengalami perubahan.
Benteng ini tampak terbuat dari batu-batu yang tersusun rapi, dengan ketinggian sekitar tiga hingga empat meter dan luas area kurang lebih dua hektar. Dahulu, lokasi ini menjadi pusat pemerintahan Kerajaan Tiworo.
Menurut cerita sejarah, pembangunan benteng ini dilakukan dalam waktu singkat, dengan melibatkan pekerja yang menggunakan kain sutera untuk melapisi tangan mereka. Benteng ini juga pernah menjadi tempat pelantikan raja, dengan raja terakhir yang dilantik di sini yakni La Ode Sampaga.
Selain sebagai simbol pertahanan, benteng itu juga menjadi bukti sejarah penting dari kejayaan Kerajaan Tiworo. Diketahui, kerajaan ini tidak pernah diserang oleh pasukan Belanda selama masa kolonial.
Saat ini, Benteng Tiworo berfungsi sebagai situs sejarah sekaligus tempat wisata yang menarik bagi pengunjung. Namun, dengan kondisi demikian, perlu dilakukan upaya menjaga situs bersejarah ini agar tetap bisa diwariskan kepada generasi mendatang. Red