LAJUR.CO, KENDARI – Layang- layang tertua di dunia, atau dikenal “Kaghati Kolope” menjadi bagian dalam rangkaian acara Festival Liangkabori yang diselenggarakan Pemerintah Desa Liangkabori, yang berlangsund mulai 12 hingga 15 Juli 2024 mendatang. Festival ini dilaksanakan dalam rangka memperingati HUT Desa Liangkabori ke 27.
Festival Liangkabori ini mengangkat tema lokal sekaligus mempromosikan berbagai atraksi wisata di Desa Liangkabori, Kabupaten Muna. Desa Liangkabori merupakan satu dari empat desa wisata di Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) masuk dalam daftar 100 besar desa wisata terbaik di ajang anugerah desa wisata Indonesia (ADWI) tahun 2024.
“Pembukaan oleh Sekda Muna, ada tampilan Tari Linda, Silat Muna dan pembukaan lomba Kalego dan penerbangan laying – layang purba Kolope,” ujar Kepala Desa Liangkabori, Farlin, Jumat (12/7/2024).
Dikutip dari berbagai sumber, Kaghati Kolope telah ada sejak zaman dahulu dan keberadaannya dibuktikan dengan adanya lukisan tangan manusia yang menggambarkan laying – layang di dalam Gua Sugi Patani di Desa Liangkabori. Lukisan tangan itu ditemukan seorang antropolog Jerman bernama Wolfgang Bick.
Untuk bahan yang digunakan dalam pembuatan layang-layang ini adalah Daun Umbi Hutan yang dikenal dengan nama Daun Kolope dalam bahasa Muna. Layang – layang ini juga menggunakan serat nenas hutan sebagai talinya serta babmbu buluh untuk kerangka serta penyambung antar daunnya.
Selain Festival Layang-Layang Kaghati Kolope, juga ada tradisi Modero, Rambi Wuna, Kabhanti Wuna, Lagu daerah Muna, Peragaan Busana daerah (anak-anak), serta Tari Kreasi (Wonderland Indonesia) dan Kalego. Pagelaran Festival Liangkabori ini bertempat di pelataran Gua Metanduno dan Liangkobori. Red