LAJUR.CO, KENDARI – Kerajaan Muna adalah salah satu kerajaan yang terletak di jazirah tenggara pulau Sulawesi. Dalam jejak histori, kerajaan tertua di Kepulauan Muna tersebut diketahui meninggalkan sebuah warisan masjid kuno yang disebut Masigino Wuna.
Rumah ibadah umat Islam yang konstruksi bangunannya terbuat dari kayu ini berdiri megah di Kecamatan Tongkuno, Kabupaten Muna. Warisan sejarah itu masih berdiri megah di tengah benteng Kota Wuna.
Meski bangunannya kini terlihat uzur, masjid tersebut masih dimanfaatkan sebagai tempat melaksanakan ibadah salat lima waktu oleh masyarakat setempat.
Di momen hari raya atau hari libur, masjid ini ramai dikunjungi warga yang hendak menyaksikan keindahan masjid kuno tersebut. Karena dianggap sakral, masigino wuna dijadikan sebagai destinasi wisata religi masyarakat bahkan dari luar Kota Muna.
“Masjid Muna ini adalah masjid tua di tanah Muna (Witeno Wuna) yang merupakan peninggalan dari zaman kerajaan Muna,” ujar seorang pegawai Sara di Masjid Muna.
Letaknya yang berada di atas bukit, menjadi daya tarik tersendiri bagi ikon religi Witeno Wuna ini. Pengunjung dapat menikmati terpaan angin sepoi-sepoi dan memanjakan mata dengan hijaunya pepohonan dari ketinggian.
Biasanya, sarana ibadah yang satu ini dipadati pengunjung saat momen hari raya lebaran. Area masjid bahkan disesaki pengunjung yang hendak melaksanakan ibadah salat.
Masjid Muna tercatat masih menerapkan tata cara penyelenggaraan salat yang unik dengan mempertahankan tradisi turun temurun zaman kerajaan Muna. Ketika shalat jumat misalnya, adzan dikumandangkan oleh empat muadzin. Khotbah secara keseluruhan masih berlafazkan bahasa Arab.
Pembacaan khotbah jumat diawali dengan penyerahan tongkat yang terbuat dari perak, dikenal Katuko Salaka dalam bahasa lokal atau bahasa Muna. Tongkat tersebut diserahkan oleh Imam Besar (Modhi Bhalano) kepada Khatib.
Uniknya, pegawai Sara di masjid ini dipilih oleh tokoh adat dan berasal dari empat wilayah besar Muna yang disebut Fatoghoerano.
Susunannya terdiri atas empat orang khatib, delapan orang Modhi Bhalano, tiga puluh orang Modhi Tolufuluno, serta Mokimu (remaja masjid). Setiap posisi memiliki tugas, fungsi dan tanggung jawab masing-masing.
Hingga kini, tradisi pelaksanaan ibadah salat jumat dengan tata cara unik masih terus dipertahankan. Tradisi salat unik era kerajaan Muna yang terus dilestarikan menjadikan Masjid Wuna sebagai destinasi wisata religi favorit masyarakat Muna.
LAPORAN: JENI