LAJUR.CO, KENDARI – Ada begitu banyak tradisi yang dilaksanakan oleh umat Islam dalam menyambut datangnya bulan ramadan. Dalam kalender Hijriyah, ada satu bulan istimewa yang tidak pernah terlewatkan untuk dirayakan seperti menggelar doa bersama.
Salah satu waktu yang dianggap mustajab untuk berdoa adalah malam Nisfu Syaban, yakni malam pada pertengahan bulan Syaban atau sebelum Ramadan. Banyak keutamaan dan keistimewaan bersama datangnya bulan tersebut. Beberapa amalan yang dianjurkan untuk dikerjakan seperti memperbanyak tadarus Alquran, berdzikir, membaca shalawat dan sebagainya.
Dalam kehidupan masyarakat etnis Muna, Nisfu Syaban menjadi tradisi yang diwariskan turun-temurun dan dilaksanakan dengan cara berbeda. Tradisi ini dikenal dengan Kabasano Isifu (Baca-baca Nisfu Syaban). Sejak ajaran Islam berkembang secara luas di tanah Muna (Wite Barakati), tradisi Kabasano Isifu mulai membudaya.
Konon, hanya orang-orang tertentu yang dapat menggelar acara ini. Mereka yang secara ekonomi terbilang mampu tak akan melewatkan ritual tersebut. Zaman sekarang, tuan rumah menanggung semua kebutuhan ritual Nisfu Syaban, disamping tetap menerima bantuan keluarga terdekat yang ikut urunan membawa kelengkapan haroa.
“Kalau dulu, yang melakukan Isifu para kepala kampung, mengumpul masyarakat untuk berdoa bersama. Masyarakat membawa hidangan sendiri, tuan rumah hanya menyediakan Haroa (hidangan khusus),” ujar La Musu salah seorang tokoh adat Muna.
Sebelum melakukan tahap “Defongkora” untuk pertama kalinya menggelar pembacaan Nisfu Syaban di sebuah keluarga, maka harus sudah siap dan mampu untuk meneruskan hingga ke anak cucu. Sebab aturan mainnya adalah tidak boleh absen setiap datang malam istimewa itu.
Tuan rumah Kabasano Isifu akan mengundang masyarakat sekitar untuk berdoa bersama. Prosesinya diawali dengan pembacaan surah Yasin dan dilanjutkan dengan doa Nisfu Syaban dipimpin seorang Modhi/Imamu (Imam). Uniknya, ada istilah “Folongko dan Fondaka” dalam prosesi ini. Setiap kali melantunkan doa Nisfu Syaban, ada tahap “Folongko, Fondaka”. Tiga kali membaca doa, maka total Folongko (tutup), dan Fondaka (buka) sebanyak tiga kali pula.
Dalam untaian doa yang khusyuk, setidaknya tiga hal yang dimohon kepada Tuhan. La Musu mengatakan, ada tiga niat yang dipanjatkan kepada Tuhan dalam kabasano Isifu yaitu Umuru mewanta (umur panjang), Radhakii (rezeki) dan Imani bhalano (Iman yang kokoh). Tahap Folongko dimaksudkan untuk membuang atau menghindari hal-hal buruk seperti datangnya musibah atau penyakit. Sedang Fondaka, dilakukan dengan harapan akan terus dilingkupi tiga hal diatas.
Sampai kini Kabasano Isifu menjadi rutinitas tahunan. Bagi mereka yang kurang mampu menggelar sendiri ritual ini, maka cukup menghadiri undangan keluarga lain yang melaksanakan ritual keagamaan tersebut. Bagi banyak masyarakat suku Muna, rasanya masih kurang afdol menyambut bulan penuh ampunan jika tanpa melakukan tradisi leluhur tersebut. M2