LAJUR.CO, KENDARI – Bendungan Ameroro yang terletak di Desa Tamesandi, Kecamatan Uepai, Kabupaten Konawe ini digadang-gadang menjadi pengendali banjir dan penyuplai air irigasi untuk wilayah Konawe dan Kendari dikabarkan ambruk.
Pembangunan bendungan yang masuk dalam Program Strategis Nasional (PSN) ini ditargetkan selesai kontruksi pada tahun 2023.
Bendungan Ameroro diketahui memiliki kapasitas tampung 54,53 juta m3 dengan luas genangan 244,06 hektare. Proses pengerjaannya dimulai pada 2020 dengan biaya APBN sebesar Rp1,6 triliun.
Sayangnya, belum lagi diresmikan waduk ini malah ambruk di tengah proses finalisasi. Runtuhnya material pada badan bendungan terekam dalam video berdurasi 29 detik pada Rabu, (13/9/2023).
Gubernur Dewan Pimpinan Wilayah Lumbung Informasi Masyarakat (DPW – LIRA) Sultra, Karmin menyebut video detik-detik dinding bendungan berjatuhan direkam anggotanya yang tengah berada di lapangan. Karmin menduga proyek tersebut telah gagal konstruksi sehingga terjadi seperti longsor sebelum pembangunannya selesai.
“Iya betul, bendungan ini tampak tidak memiliki penyangga. Seharusnya pakai penyangga karena posisinya miring,” ujar Karmin.
Program pemerintah yang telah menelan anggaran triliun rupiah ini, kata Karmin harus diusut tuntas. Dalam hal ini pihak terkait yakni Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) diharap menyelidiki penyebab gagalnya kontruksi bangunan penyokong irigasi di beberapa daerah Sultra itu.
“Kementrian PUPR wajib turunkan inspektorat pemeriksa khusus sebab anggaran program ini triliunan,” sambungnya.
Program yang didesain dengan tipe urugan setinggi 83 meter ini dikerjakan dalam dua paket kontraktor. Pertama ditangani oleh Kontraktor PT Wijaya Karya – PT Sumber Cahaya Agung – PT Basuki Rahmanta Putra (KSO). Selanjutnya dikerjakan PT Hutama Karya – PT Adhi Karya (KSO).
Bendungan dengan panjang 324 meter, dan lebar 12 meter ini ditujukan untuk menambah jumlah tampungan air di Sultra dalam rangka mendukung program ketahanan pangan dan ketersediaan air. Red