LAJUR.CO, KENDARI – Nama Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia kini santer disebut dalam indikasi suap izin usaha tambang dan hak guna usaha sawit sejumlah wilayah di Indonesia. Bahlil diduga menyalahgunakan wewenang untuk menghidupkan kembali izin usaha yang dicabut dengan meminta upeti kepada pengusaha.
Dugaan ini mencuat lewat investigasi Majalah Tempo yang berjudul “Main Upeti Izin Tambang”.
Di luar kasus yang menyeret nama menteri BKPM tersebut, Bahlil diketahui sempat berkunjung ke Provinsi Sulawesi Tenggara. Ia didampingi bersama Ali Mazi yang kala itu masih menjabat Gubernur Sultra. Mereka mengunjungi pabrik aspal di Buton tahun 2021.
Meski lahir di Maluku, siapa sangka Bahlil Lahadalia memiliki silsilah moyang dari Provinsi Sulawesi Tenggara.
Dikutip dari Tirto.id, Bahlil Lahadalia adalah laki-laki kelahiran 7 Agustus 1976 di Banda, Maluku Tengah, Maluku. Sejak 28 April 2021 dia resmi menjabat sebagai Menteri Investasi Indonesia, sementara jabatan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal telah dia emban sejak 23 Oktober 2019.
Sebelum masuk ke dalam kabinet Joko Widodo (Jokowi), Bahlil menjabat sebagai Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia pada periode 12 Februari 2015 hingga 23 Oktober 2019. Bahlil merupakan anak kedua dari sembilan bersaudara dari pasangan Lahadalia dan Nurjani. Lahadalia dan Nurjani merantau ke Kabupaten Fak Fak, Papua Barat sejak 1988 saat terjadi erupsi Gunung Banda Api.
Nenek moyang mereka berasal dari Bumi Anoa, Provinsi Sulawesi Tenggara namun merantau ke Kepulauan Banda, Maluku Tengah.
Menurut pengakuan Bahlil saat mengisi kuliah tamu di Universitas Brawijaya (UB), saat ini dia hanya memiliki tujuh saudara, delapan bersaudara termasuk dirinya, sebab satu orang saudaranya sudah meninggal dunia.
Berdasarkan buku Praktik Baik Ayah Hebat yang diterbitkan oleh Kemendikbud tahun 2017, dijelaskan dengan rinci siapa saja saudara dari Bahlil dan pekerjaan mereka pada saat buku itu ditulis, meliputi: Sadali Lahadalia (Kepala Bagian Keuangan Dinas Pertanian Kabupaten Fak Fak); Baharudin Lahadalia (Sekretaris DPRD Fak Fak); Bayan Lahadalia (Pegawai Sekretariat DPRD Fak Fak); Muhani Lahadalia (Guru SD); Yati Lahadalia (Kuliah S2 di Universitas Cendrawasih); Faturahman Lahadalia (S1 Universitas Cendrawasih dan kini sedang kursus Bahasa Inggris di Kediri untuk melanjutkan S2) ; Sudarlin Lahadalia (baru diwisuda pada September 2017 di Universitas Cendrawasih).
Bahlil mengatakan, dirinya berasal dari keluarga yang sederhana, sang ibu, Nurjani, adalah buruh cuci pakaian alias pembantu rumah tangga untuk sekira 8 rumah di Kabupaten Fakfak. Sementara, ayahnya, Lahadalia merupakan kuli bangunan, yang pada saat itu mendapatkan upah hanya Rp7.500.
Ayah Bahlil sudah meninggal dunia pada tahun 2010 lalu akibat sakit paru-paru, yang sudah lama dideritanya sejak tahun 1999 karena efek samping dari pekerjaannya sebagai kuli bangunan. Bahlil memiliki istri bernama Sri Suparni, dari pernikahan tersebut, mereka dikaruniai lima orang anak, empat orang laki-laki, satu orang perempuan. Adm