LAJUR.CO, KENDARI – Beroperasinya Bendungan Ladongi di Kabupaten Kolaka Timur membawa angin segar bagi proyeksi pertumbuhan ekonomi Provinsi Sultra tahun 2022. Sebagaimana disampaikan Kepala Perwakilan BI Sultra, Bimo Epyanto, Jumat (7/1/2022), ekonomi Sultra diprediksi makin membaik, bahkan melampaui pertumbuhan ekonomi nasional pada tahun 2022 yang berada pada tentang 4,7% hingga 5,5% (yoy).
“Ekonomi Sultra makin Baik di 2022 Perekomian Sulawesi Tenggara diperkirakan tumbuh lebih baik pada 2022 selaras dengan pemulihan ekonomi nasional dan global, serta terus meningkatnya konsumsi masyarakat seiring penanganan Corona yang lebih baik dan pembangunan infrastruktur yang mendukung kinerja ekonomi lebih tinggi,” jelas Bimo.
Salah satu yang mendorong pergerakan positif pertumbuhan ekonomi Sultra tersebut adalah kehadiran waduk Ladongi yang diresmikan oleh Presiden Jokowi akhir tahun lalu. Dengan beroperasinya Bendungan Ladongi, kata Bimo, sektor pertanian yang menjadi penopang pertumbuhan ekonomi Sultra dipastikan makin bergeliat.
“Beroperasinya Bendungan Ladongi yang berpotensi berdampak positif bagi sektor pertanian,” ujar Bimo mengurai pandangan BI terhadap proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sultra Tahun 2022.
Sebagai informasi, Bendungan Ladongi berlokasi di Kabupaten Kolaka Timur, Provinsi Sulawesi Tenggara merupakan proyek strategis nasional yang diresmikan Presiden Jokowi, Selasa (28/12/2021).
Proyek infrastruktur senilai Rp 1,2 triliun dengan daya tampung 45,945 juta meter kubik itu difungsikan memenuhi kebutuhan irigasi masyarakat sekitar, terutama Daerah Irigasi (DI) Ladongi dengan luas layanan 3.604 hektar.
Manfaat lainnya yang akan dirasakan masyarakat dari Bendungan Ladongi di antaranya dapat memenuhi kebutuhan air baku sebanyak 120 liter per detik dan memiliki potensi pembangkit energi listrik 1,3 megawatt (MW).
Selain Bendungan Ladongi, secara umum ada empat faktor lain yang membuat kondisi pertumbuhan ekonomi Sultra tahun 2022 melesat.
Pertama adalah membaiknya kondisi mitra dagang utama Sultra yaitu Tiongkok. Kondisi ini terlihat dari perkiraan Indeks PMI Manufaktur Tiongkok pada 2022 sebesar 51.30 poin yang diperkirakan dapat menarik perbaikan kinerja tambang dan industri pengolahan Sultra.
Berikutnya adalah penyelenggaraan event di Sultra yang sebelumnya tertunda dan dijadwalkan kembali secara offline pada tahun 2022. Hal ini diperkirakan akan mendorong kinerja konsumsi masyarakat Sultra.
Konsumsi masyarakat yang membaik turut mendorong perbaikan kinerja perdagangan. Kondisi ini selaras percepatan vaksinasi dosis lengkap dan perkembangan Covid-19 yang semakin melandai.
“Berlanjutnya proyek pembangunan fisik pemerintah, realisasi investasi beberapa pelaku usaha sektor pengolahan nikel,” jelas Bimo.
Empat Faktor Wajib Diwaspadai
Namun begitu, kata Bimo, ada empat faktor wajib diwaspadai pemerintah yang diprediksi akan menekan pertumbuhan ekonomi Sultra tahun 2022.
Diantaranya disebabkan oleh penurunan nominal pagu anggaran yang ditransfer pemerintah pusat dan TKDD pada tahun 2022 sebesar 8,62% (yoy).
Merebaknya varian Covid-19 Omicron juga berpotensi menyebabkan pengetatan PPKM dan pembatasan mobiltas di sejumlah daerah yang berdampak pada tertahannya konsumsi masyarakat secara umum.
“Pemberlakuan peraturan pemerintah terkait perikanan yang membatasi operasional kapal >30GT di Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) 714 yang dijadikan sebagai spawning ground sehingga berpotensi menurunkan jumlah armada kapal bertonase >30GT. Terakhir adanya potensi lanjutan Energy Crunch di Tiongkok yang dapat mendisrupsi perbaikan kondisi ekonomi Tiongkok,” kata Bimo memungkasi. Adm