Gejala tersebut bisa memburuk bagi mereka yang memiliki kekebalan imunitas yang kurang dan pasien memiliki riwayat penyakit penyerta seperti diabetes hingga lansia. Meski begitu, varian ini disebut sangat menular lantaran memicu penambahan kasus relatif cepat, berikut gejalanya.
- Batuk terus-menerus
- Sakit kepala
- Nyeri dada
- Perubahan indera penciuman
- Gangguan pendengaran
- Menggigil
Kronologi Pasien Terkena COVID XBB
Dikutip dari laman resmi Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI), kasus pertama XBB di Indonesia merupakan transmisi lokal, terdeteksi pada seorang perempuan berusia 29 tahun, baru kembali dari lombok, Nusa Tenggara Barat.
“Ada gejala seperti batuk, pilek dan demam. Ia kemudian melakukan pemeriksaan dan dinyatakan positif pada 26 September. Setelah menjalani isolasi, pasien telah dinyatakan sembuh pada 3 Oktober” jelas juru bicara Kemenkes RI, dr Syahril.
Lebih Menular, Tapi Fatalitasnya Rendah
dr Syahril mengungkapkan, meski Omicron XBB cepat menular, namun fatalitasnya tak lebih parah dari subvarian lainnya. Kendati demikian negara belum bisa dikatakan aman dari pandemi COVID-19 lantaran berbagai mutasi varian baru masih berpotensi terus terjadi. Dalam 7 hari terakhir juga dilaporkan terjadi kenaikan kasus di 24 provinsi.
Sebanyak 24 Negara Melaporkan COVID XBB
Sejak pertama kali ditemukan, sebanyak 24 negara melaporkan temuan Omicron varian XBB termasuk Indonesia. Bahkan subvarian ini menyebabkan lonjakan kasus COVID-19 yang sangat tinggi di Singapura, diikuti dengan peningkatan tren perawatan di rumah sakit.
“Peningkatan kasus gelombang XBB di Singapura berlangsung cepat dan sudah mencapai 0,79 kali gelombang BA.5 dan 0,46 kali gelombang BA.2” ucap Syahril. Adm
Sumber : Detik.com