LAJUR.CO, KENDARI – Ada begitu banyak tradisi khas di bulan Ramadan yang dilakukan masyarakat Indonesia. Mulai dari ngabuburit sambil berburu takjil hingga melaksanakan salat tarawih. Ternyata momen ini bisa dirasakan juga warga negara Indonesia (WNI) yang tengah berada di luar negeri.
Salah satu WNI yang sedang menjalani puasa di luar negeri adalah Febri, mahasiswi asal Sulawesi Tenggara (Sultra). Tahun ini merupakan kali kedua dirinya menjalani puasa di negeri orang. Hal itu ia lakukan semenjak dirinya melanjutkan studinya di Negara Kincir Angin, Belanda.
Kepada awak Lajur.co, Minggu (24/3/2024), Febri mengaku sangat merindukan momen Ramadan di Indonesia. Tepatnya di Wageningen, dia bisa mengobati perasaan itu, ketika bisa berinteraksi dengan sesama mahasiswa yang juga berasal dari tanah air.
“Rasanya campur aduk, awalnya merasa rindu sekali sama suasana ramadan di Indonesia tapi karena di Wageningen banyak teman-teman Indonesia jadi bisa mengobati “home sick”nya,” kata perempuan asal Buton Utara itu.
Di sana, Febri berpuasa selama kurang lebih 16,5 jam, tiga jam lebih lama dibandingkan dengan durasi puasa di Indonesia. Meski tengah menjalankan ibadah puasa ramadan, dia juga harus tetap menjalani kuliahnya seperti biasa.
Di awal-awal memulai puasa, dirinya juga harus beradaptasi dengan lingkungannya. Misalnya dia tetap mengikuti ekskursi lapangan maupun kerja kelompok.
Sementara itu, ketika waktu berbuka puasa tiba dia bersama teman-temannya berburu takjil gratis di kampusnya. Sesekali waktu, dia hanya berbuka dengan menu seadanya sesuai makanan apa saja yang ia masak di hari yang sama.
“Kalau ramadan kali ini banyak donatur yang berbagi menu iftar di kampus, semisal kolak dan sejenisnya. Jadi lumayan dapat takjil gratis,” ucapnya.
Meski berpuasa sembari menjalani kesibukan sebagai mahasiswa, Febri membeberkan jika dirinya tetap bisa ikut tarawih di masjid. Masjid yang kerap ia datangi untuk menjalankan ibadah salat tarawih adalah Mosque Wageningen. Menurutnya, ada hal menarik mengapa masjid tersebut menjadi tujuannya salat tarawih berjamaah.
“Tempatnya nyaman, akhwat salat di lantai 2. Jumlah rakaatnya 11, dan bacaan imamnya bagus sekali. Karena asal pengurus masjidnya mayoritas dari Timur Tengah. Lalu banyak teman-teman Indonesia juga yang datang,” pungkas dia.
Sejauh ini kata Febri, pengalaman puasanya di Belanda tetap menyenangkan dan bisa berjalan dengan baik dan lancar. Red