SULTRABERITA.ID, KENDARI – Akademisi asal Sultra, Prof Masihu Kamaluddin mengaku heran hingga kini Gubernur Sultra, Ali Mazi urung membuka data pasien positif terpapar virus Corona di Sultra.
BACA JUGA :
- Produksi Ikan di Kota Kendari Surplus, Tahun 2024 Tembus 24 Ribu Ton
- PT Vale Gandeng PDGI Beri Layanan Operasi Gratis Puluhan Anak Penderita Celah Bibir & Langit-Langit
- Pj Gubernur Andap ‘Borong’ Dagangan Pelapak di Sela Sidak Pasar Tradisional
- Polda Sultra Sosialisasi Keselamatan Lalu Lintas ke Sopir Truk & Angkot di Terminal
- Rayakan Valentine Dengan Promo Bundling Cokelat & Bunga di Toko Beauty Kendari
Padahal, kata Prof Masihu, virus corona bukan aib layaknya penderita kusta yang data penderitannya wajib untuk ditutup rapat.
Transparansi ini sangat penting untuk memutus mata rantai penyebaran virus asal China yang masif.
Warga yang mengetahui diri pernah berinteraksi dengan suspect atau korban positif bisa langsung melakukan isolasi mandiri di rumah mencegah banyak korban terpapar virus.
Penyampaian secara transparan oleh pemerintah juga bertujuan memutus pesan hoax berantai yang kini banyak berseliweran di medsos.
“Hak publik untuk tahu. COVID ini bukan aib. Bukan kusta. Jangan malu. Biar kita bisa bersama memutus mata rantainya. Kalau kau sembunyikan ini maka sama kau meracuni orang lain. Apapun yang terjadi mesti ditahu masyarakat. Nyawa satu orang warga itu sangat berarti” ujar Prof Masihu.
Gubernur Sultra, kata Prof Masihu baiknya mencontoh sejumlah kepala daerah yang terbuka dan transparan mengenai data sebaran Covid. Bahkan berani mengumumkan jika dirinya tertular COVID-19 ke khalayak ramai.
“Wali Kota Bogor bahkan mengumumkan diri bahwa dia kena. Minta doa. Jangan nanti sudah banyak baru panik,” ucap Masihu.
Beberapa orang yang merasa pernah berinteraksi dengan Bima Arya pun langsung mengambil langkah isolasi diri kendati tak mengalami gangguan kesehatan layaknya gejala Corona.
Tak hanya itu saja, kata Masihu, Ali Mazi dinilai begitu lamban merespon wabah. Bahkan terkesan abai dengan melempar tanggungjawab itu hanya semata pada Gugus Tugas.
Padahal tiga warga Sultra positif terpapar Covid-19. RS Bahteramas dan rumah sakit lain di Sultra bahkan kekurangan Alat Pelindung Diri (APD) medis ditengah penanganan pasien suspect corona yang jumlahnya terus meningkat.
Keberadaan Gubernur Ali Mazi dalam gerak nyata penanganan Corona di Sultra, ujar Masihu tampak tenggelam. Ini terlihat dari pasifnya reaksi politisi NasDem tersebut merespon kekhawatiran pandemi Covid-19 di Bumi Anoa.
“Kepemimpinan gubernur mestinya bisa dirasakan oleh rakyat di tengah situasi seperti ini. Pak gubernur lah yang tampil menyampaikan, ngomong ke publik. Contoh gubernur Jawa timur. Ini dia tidur barangkali. Cek rumah sakit pastikan semua siap dan lengkap peralatan medis,” cetus Masihu, Sabtu 21 Maret 2020.
“Sudah saatnya Gubernur ambil kepemimpinan di bidang ini. Jangan buang badan. Satu nyawa penting untuk dilindungi, siapapun itu,” sambung Masihu.
Sementara itu, Gugus Tugas COVID 19 Sultra masih enggan membuka data pasien positif Corona yang dirawat di RSUD Bahteramas.
Melalui juru bicaranya, dr La Ode Rabiul Awal, Jumat 20 Maret 2020, hanya menginfokan jika tiga pasien dimaksud terpapar coroma pasca pulang dari perjalanan umroh.
Ketiga pasien masing – masing dua warga Konawe dan satu warga Kota Kendari. Ketiganya, oleh Dokter Wayong dipastikan dalam kondisi baik dan masih menjalani perawatan intensif di ruang isolasi RS Bahteramas
Sejalan dengan itu, Prof Masihu mengimbau agar masyarakat tak menganggap sepele virus Corona. Ia meminta masyarakat patuh terhadap instruksi pemerintah pusat mengurangi aktivitas di luar dan berdiam diri di rumah selama wabah corona belum mereda. Adm