EKOBISHEADLINE

Dermaga Nambo dan Banabungi Jadi Outlet Utama Distribusi Aspal Buton

×

Dermaga Nambo dan Banabungi Jadi Outlet Utama Distribusi Aspal Buton

Sebarkan artikel ini
Kepala BKPM RI, Bahlil Lahadia bersama Gubernur Sultra, Ali Mazi meninjau pabrik produksi Aspal Buton PT Kartika Karya Abadi Desa Suandala Lawele, Minggu (28/2/2021).

LAJUR.CO, KENDARI – Potensi Aspal Buton Provinsi Sulawesi Tenggara tengah digadang-gadang sebagai salah satu produk industri nasional. Kehadiran langsung Menteri Bahlil Lahadia di Kabupaten Buton bersama Gubernur Sultra, Ali Mazi dan kepala OPD Pemprov Sultra pada akhir Februari lalu membahas bagaimana mempresure percepatan industri aspal Buton.

Kepala Dinas Perhubungan Sulawesi Tenggara, Hado Hasina yang turut hadir dalam kunker menteri tersebut mengajukan dua program infrastruktur dermaga untuk membackup distribusi Aspal Buton.

Kata mantan Pj Wali Kota Baubau itu, sudah ada dua dermaga yang bisa digunakan sebagai gerbang utama hilir mudik komoditi tambang tersebut. Dua dermaga dimaksud yakni Pelabuhan Nambo dan Pelabuhan Banabungi Kabupaten Buton.

Kepala Dinas Perhubungan Sultra, Hado Hasina menjelaskan, Pelabuhan Banabungi berfungsi sebagai pintu laut antar pulau produk Aspal Buton dari site tambang di Lawele.

Sementara Pelabuhan Nambo diprioritaskan sebagai outlet utama distribusi Asbuton berupa Lawele Granular Asphalt (LGA).

Untuk memoles dua dermaga tersebut, Dishub Sultra berharap pemerintah mau mengucurkan anggaran guna memperbaiki dan meningkatkan kualitas infrastruktur Pelabuhan Nambo dan Pelabuhan Banabungi Kabupaten Buton sehingga mampu mendukung program ekspor komoditi Aspal Buton ke luar Provinsi Sulawesi Tenggara.

Baca Juga :  AHY Disambut Anies Baswedan Nonton Formula E di Sirkuit Ancol

Kualitas LGA dan BGS Aspal Buton Mumpuni

Gubernur Ali Mazi, Bupati Buton, La Bakry dan Kepala Dishub Sultra, meninjau pelabuhan Banabungi Kabupaten Buton. Foto : Sultraberita
Gubernur Ali Mazi, Bupati Buton, La Bakry dan Kepala Dishub Sultra, meninjau pelabuhan Banabungi Kabupaten Buton Februari 2021. Foto : Sultraberita

Direksi PT Kartika Karya Abadi memperlihatkan hight teknologi produksi Asbuton di lokasi pabrik di Lawele
Kepala Dinas Perhubungan Sultra, Hado Hasina mengatakan kualitas Asbuton tak kalah saing dengan produk aspal impor. Produk Lawele Granular Asphalt (LGA) dan Buton Granular Asphalt (BGS) dari site tambang Tanah Wolio itu sudah pernah diujicoba.

Keduanya menjadi bahan baku lapis permukaan beraspal Buton yang menggunakan spesifikasi bina marga Cold Paving Hotmix Asbuton (CPHMA) dan Butur Seal, Buton Utara Seal atau lapis tipis Asbuton Seal.

“Kalau ini banyak mengirim produk Asbuton Granular Asphalt (BGA) Spek Butur Seal ini adalah hasil studi lapangan, ujicoba lapangan di Buton Utara yg diprakarsai PU Butur pada tahun 2009 – 2011, kemudian menjadi standar binamarga pada tahun 2014 juga CPHMA,” jelas mantan pejabat Buton Utara itu.

Baca Juga :  Tiga Remaja Terseret Ombak Pantai Saat Healing di Batu Gong

CPHMA, lanjut Hado dapat disebut campuran hotmix Asbuton hampar dingin. Selama ini aspal minyak di negara Indonesia berbentuk campuran panas hampar panas. Namanya lazim disebut hotmix asphalt dari bahan pengikat aspal minyak yang dominan merupakan produk impor.

Aspal minyak ini berasal dari hasil penyulingan minyak bumi. Atau produk samping dari penyulingan minyak bumi yg produknya berupa gas, bensin, minyak tanah dan lainnya.

Berbeda dengan Aspal Buton yang padat dan dikemas layaknya produk semen. Tidak lagi dijual dalam paket drum melainkan packing khusus yang bisa lebur bersama aspal.

Aspal Buton Ramah Lingkungan

Packing ramah lingkungan Aspal Buton produksi PT Wijaya Karya Bitumen
Packing ramah lingkungan Aspal Buton produksi PT Wijaya Karya Bitumen

Packing ramah lingkungan Aspal Buton produksi PT Wijaya Karya Bitumen Tim Deputi Kemenko Marves RI juga sempat diperlihatkan langsung bagaimana fisik Aspal Buton yang lebih ramah lingkungan di pabrik PT Kartika Karya Abadi Desa Suandala Lawele dan PT Wijaya Karya Bitumen.

“Kemasan produk 25 Kg atau 50 Kg, tidak pakai drum, mengurangi kerusakan lingkungan karena tidak ada sisa drum dan tidak ada sisa aspal. Dengan packing demikian bisa menghemat biaya transportasi, tidak perlu pemanasan dan bisa dibeli dalam kualitas kecil. Penghematan biaya penyimpanan, tidak perlu pemanasan dan tempat luas seperti aspal cair,” jelas salah satu direksi PT Kartika Karya Abadi dihadapan Gubernur Ali Mazi dan rombongan Dirjen Kemenko Marves RI.

Baca Juga :  Polda Sultra Gelar Operasi Patuh Anoa, Tujuh Pelanggaran ini Bakal Kena Tilang!

Tahap awal, pabrik dengan high technology ini diproyeksi memproduksi 100.000 aspal ekstrak pertahun. Untuk para produksi tersebut, kebutuhan bahan baku berkisar 500 ribu ton. Tahap dua produksi dimaksimalkan menjadi 500 ribu aspal ekstrak pertahun dengan kebutuhan bahan baku 2,5 juta ton.

“Sejak lahir Belanda dari tahun 1926 tapi tidak ada yang gunakan high teknologi seperti ini. Dengan tentu kita akan bantu percepatan program ini sehingga bisa segera dijual dan dipergunakan. Makanya deputi jadikan Asbuton untuk menyokong proyek infrastruktur nasional,” papar Ali Mazi. Adm








0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x