LAJUR.CO, KENDARI – Banjir prestasi disumbang cabang olahraga dayung di kancah nasional hingga internasional berbanding terbalik dengan perhatian KONI Sultra terhadap para atlet.
Sejumlah atlet dayung yang kerap menyumbang medali pun ancang-ancang hengkang ke daerah lain jika pemerintah urung memperhatikan nasib atlet dayung berprestasi.
Hal ini diutarakan dua atlet dayung Sofiyanto dan Dayumin. Kepada Lajur.co, Rabu (22/6/2022), keduanya mengaku kecewa atas minimnya perhatian KONI terhadap atlet dayung Sultra.
Nasib miris atlet, kata mereka setali tiga uang dengan kondisi Pusat Pendidikan dan Latihan Olahraga Pelajar (PPLP), tempat para atlet berlatih dayung.
“Sudah banyak tawaran (pindah daerah), cuma kita tidak tidak tega mau bawa nama daerah lain bertanding. Kita ini atlet Sultra besar di sini. Tapi kalau perhatian kurang, tawaran pindah itu bisa jadi kita ambil. Mau bagaimana lagi. Kita ini tinggal tiga orang saja yang bisa ikut turnamen. Makanya ada keinginan pindah,” curhat Sofiyanto dengan nada kecewa.
Hal sama disampaikan Dayumin. Beberapa kali, sempat terbersit keinginan pindah. Ia putus asa dengan sikap KONI maupun pemerintah yang tak tak juga memperhatikan nasib atlet dan juga fasilitas olahraga dayung bagi para rekannya.
Namun, Dayumin menguatkan mental demi membawa harum nama daerah tanah kelahirannya.
“Mereka ingin pindah cuma ditahan. Saya pikirnya, dulu ya sudah lah. Ini daerah saya. Saya sendiri kuatkan metal saja, termasuk teman-teman. Beberapa ada yang sudah siap pindah, kalau memang tidak ada kode perbaikan dari pemerintah, ya pindah,” ulas Dayumin dengan nada putus asa.
Menurut Dayumin, KONI harusnya memberi treatment spesial bagi atlet dayung. Sebab bagaimanapun, cabor dayung lah yang selama ini menjadi tumpuan harapan Sultra mendulang medali emas dalam berbagai even olahraga nasional maupun internasional.
Berbeda dengan atlet bulu tangkis yang ramai mendapat reward, kata Sofiyanto, atlet dayung lokal yang setiap tahun membawa pulang medali emas untuk Sultra justru diabaikan.
“Kita ditarget bawa medali emas tapi perhatian tidak ada. Tiga bulan kita baru pemusatan latihan. Sementara daerah lain ada yang sampai setahun atau enam bulan latihan. Selalu begitu, latihannya minim, sudah dekat even. PON lalu kita ditarget 7 medali sama KONI. Kita berhasil bawa pulang lima emas, dua perak 2,” ujar Sofiyanto.
Sofiyanto mencontohkan atlet dayung Sultra yang mewakili Indonesia berlaga Sea Games Vietnam lalu sempat membawa pulang medali emas. Namun, kemenangan atlet dayung tak digubris pemerintah daerah. Hal ini juga diakui Dayumin.
“Waktu Sea Games ada 1 emas, 3 perak dari cabor dayung. Muh Burhan, Julianti dan Ali Buto. Tapi ketika pulang pun tidak ada sambutan khusus atau reward dari pemerintah di daerah sini. Jangankan bonus sekedar saling sapa pun atlet dengan KONI tidak ada. Sangat minim (peralatan latihan dayung). Dari zaman saya PPLP tahun 2007, masih alat itu-itu saja yang dipakai,” ucap atlet yang kerap menyabet emas pada berbagai turnamen dayung nasional maupun internasional itu. Adm