LAJUR.CO, KENDARI – Tahun 2022 Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Sulawesi Tenggara kembali melakukan penilaian lomba Sekolah Adiwiyata. Plt Kepala DLH Sultra H Ansar MSi mengatakan sebanyak tujuh sekolah yang tersebar di 17 kabupaten/kota di Sultra ikut berpatisipasi mengikuti tahapan pemilihan Sekolah Adiwiyata tahun 2022 yang menjadi program tahunan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Republik Indonesia.
Sekolah Adiwiyata merupakan sebuah penghargaan yang diberikan pemerintah melalui KLHK atas partisipasi aktif dalam melaksanakan Gerakan Peduli dan Berbudaya Lingkungan Hidup di sekolah (PBLHS).
Gerakan PBLHS digagas untuk mewujudkan warga sekolah yang bertanggung jawab dalam upaya pelestarian fungsi lingkungan hidup dan peningkatan kualitas lingkungan hidup.
Hal itu sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.52/MENLHK/Setjen/Kum.1/9/2019 tentang Gerakan Peduli dan Berbudaya Lingkungan Hidup di sekolah.
Kategori Sekolah Adiwiyata terbagi atas Sekolah Adiwiyata Nasional dan Sekolah Adiwiyata Mandiri. Dimana pesertanya diusulkan oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH) setingkat provinsi dan kabupaten/kota.
Tahun 2022, DLH Sultra mengusulkan tujuh sekolah hasil seleksi di tingkat kabupaten/kota sebagai Calon Sekolah Adiwiyata Nasional dan atau Mandiri (CSAN &CSAM).
Saat ini, tahap yang sedang dilaksanakan oleh KLHK, kata Kepala Bidang Penaatan dan Peningkatan Kapasitas DLH Sultra Untung Ratu adalah proses verifikasi berkas.
“Secara teknis proses penilaian sekolah Adiwiyata sekarang yang sedang berjalan itu Verifikasi. Berkas dari Sekolah itu lagi diverifikasi oleh KLHK untuk melihat apakah kriteria yang telah ditetapkan itu dipenuhi,” kata Untung Ratu saat diwawancarai Lajur.co, Jum’at (16/9/2022).
Khusus usulan CSAN tahun ini mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan CSAN tahun 2021. Dimana usulan tahun lalu hanya tiga sekolah dan SMPN 1 Kolaka yang lolos pada kategori tersebut.
Sedangkan CSAM justru mengalami penurunan dibanding usulan tahun 2021 lalu. SMP Negeri 4 Kendari merupakan satu-satunya sekolah yang lolos Sekolah Adiwiyata Mandiri dari 6 sekolah usulan CSAM.
“Usulan tahun ini, CSAN 4 sekolah yakni SD Negeri 95 Kendari, SMK Negeri 1 Kaledupa, SD Negeri 1 Lamokato, dan SMPN 2 Kolaka. Untuk CSAM hanya 3 sekolah, ada MTS Negeri 1 Kendari, SMP Negeri 2 Kendari, dan SMPN 5 Kendari,” ulas Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup DLH Sultra, Yuliana Ulfah, Senin (19/9/2022).
Dalam melakukan proses penilaian Sekolah Adiwiyata, pihaknya melibatkan sejumlah tim DLH di tiap kabupaten/kota.
Ubah Mindset Pelajar
Output atau hasil yang akan diperoleh dari penilaian Sekolah Adiwiyata yakni perubahan mindset kepada peserta didik terkait pentingnya menjaga dan melestarikan lingkungan. Program ini digalakkan ditingkatkan sekolah dengan tatapan para pelajar mendapat pengalaman dan edukasi tentang bagaimana praktik menjaga lingkungan sejak usia remaja.
Untung Ratu berharap masing-masing sekolah dapat mempersiapkan diri untuk dilakukan pembinaan gerakan PBLHS.
“Kita berharap masing-masing sekolah SD, SMP, juga SMA mempersiapkan diri dan sekolah yang telah mendapat Adiwiyata tingkat provinsi, nasional dan mandiri dapat membina sekolah binaan mereka supaya semangat dan peduli lingkungan itu dimulai sejak dini,” harapnya.
Kriteria dan Tahapan Penilaian Sekolah Adiwiyata
Tahapan penilaian calon sekolah Adiwiyata meliputi seleksi administratif dan pemenuhan kriteria sekolah Adiwiyata.
Kriteria yang dinilai mencakup lima komponen yakni perencanaan gerakan PBLHS, pelaksanaan gerakan PBLHS, pemantauan hingga evaluasi gerakan PBLHS.
“Dalam tahap perencanaan, sekolah harus membuat perencanaan dalam 5 tahun mendatang terkait gerakan PBLHS. Kemudian dilaksanakan dan dievaluasi,” ucap Yuliana Ulfah.
Sekolah yang mencapai nilai paling sedikit 90 persen dari nilai capaian tertinggi, dan telah mendapatkan penghargaan Adiwiyata provinsi paling singkat 12 (dua belas) bulan sebelumnya ditetapkan sebagai Sekolah Adiwiyata Nasional.
Sementara, untuk sekolah yang ditetapkan sebagai Sekolah Adiwiyata Mandiri adalah sekolah yang mencapai nilai paling sedikit 95 persen dari nilai capaian tertinggi, dan telah mendapatkan penghargaan Adiwiyata nasional paling singkat 12 (dua belas) bulan sebelumnya serta telah berhasil membina paling sedikit 2 (dua) sekolah.
Lebih lanjut, penilaian calon sekolah Adiwiyata dimulai dari tingkat kabupaten/kota, tingkat provinsi, nasional dan mandiri. Sekolah yang lolos sebagai peraih nilai tertinggi dalam kategori Adiwiyata Mandiri kemudian dapat diusulkan untuk menjadi peserta ajang ASEAN ECO SCHOOL.
“Satu tahun mendapatkan Adiwiyata tingkat kabupaten/kota, diusulkan di tingkat provinsi. Jika lolos maka diusul ke tingkat nasional. Kalau sudah lolos, maka dia harus membina minimal 2 sekolah untuk mendapatkan Adiwiyata Mandiri,” jelas Yuliana Ulfah, Jumat (16/9/2022).
Sekolah peraih predikat Adiwiyata Mandiri inilah yang memenuhi syarat untuk menjadi bagian dari event lintas Internasional yakni Asean Eco School.
Kendala Penilaian Sekolah Adiwiyata
DLH Sultra mempunyai andil sangat penting dalam implementasi peraturan Kementerian LHK terkait penanaman budaya peduli lingkungan di lingkungan sekolah.
Tim pembina sekolah Adiwiyata dari DLH Sultra giat melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap dokumen sekolah CSAN maupun CSAM.
“Kalau intervensi dari kami DLH provinsi, misalnya dokumen mereka yang dikirim ke provinsi tidak langsung ke tingkat nasional. Kami verifikasi dulu, kalau nilainya belum memenuhi kriteria maka kami bina kembali sesuai indikator yang ada. Misalnya bagaimana konservasi sumber daya airnya,” terang Yuliana Ulfah.
Namun, upaya yang dilakukan DLH Sultra belum begitu maksimal dipengaruhi sejumlah faktor. Selain masalah minimnya anggaran dari internal DLH Sultra sendiri, juga jangkauan jarak antar satu sekolah dengan sekolah yang lain menjadi hambatan dalam pelaksanaan program Sekolah Adiwiyata.
“Kalau untuk Adiwiyata itu seharusnya tim terpadu. Mulai dari Diknasnya, Media, LSM, tetapi biasa karena kami kekurangan anggaran, jadi biasa yang turun lapangan untuk memverifikasi adalah tim dari DLH provinsi bekerja sama dengan DLH kabupaten/kota,” tambah Yuliana.
Sedangkan jika dilihat dari keikutsertaan pihak sekolah untuk menjadi bagian dari Sekolah Adiwiyata adalah kurangnya antusiasme dan inovasi pihak sekolah. Inovasi dimaksud ketika sudah lolos ditingkat nasional adalah inovasi pembelajaran serta inovasi yang dapat diterapkan di tingkat lokal.
“Misalnya SMPN 1 Kolaka tahun lalu lolos Adiwiyata Nasional, mereka berinovasi dengan pengelolaan sampahnya,” sambungnya. Adv