LAJUR.CO, JAKARTA – Presentasi angka stunting di Kabupaten Buton masih berada di angka 17 persen. Bahkan pada tahun 2022, angka stunting di daerah yang digawangi Drs. Basiran itu menjadi salah satu penyumbang tingginya angka stunting di Sulawesi Tenggara (Sultra).
Secara nasional, pemerintah menargetkan capaian penurunan angka stunting hingga 14 persen di tahun 2024 mendatang. Dimana pada tahun 2020, Indonesia menempati posisi kedua di Asia Tenggara untuk jumlah stunting terbanyak.
Sehingga untuk mencapai target yang diinstruksikan presiden melalui Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting, Drs Basiran menginisiasi langkah-langkah intervensi percepatan penurunan angka stunting di daerahnya.
Drs. Basiran mengaku pihaknya kini tengah menjalankan program “Orang Tua Asuh” bagi anak stunting atau anak dengan perawakan pendek. Ia melibatkan seluruh stakeholder terkait untuk menyukseskan langkah diinisiasinya serta membantu mencapai hal yang ditargetkan.
“Ini salah satu tantangan yang harus saya laksanakan untuk menurunkan angka stunting sesuai dengan arahan presiden. Saya buat keputusan bupati tentang bapak asuh anak stunting/orang tua asuh anak stunting,” tutur Drs Basiran saat ditemui awak Lajur.co di Jakarta, (4/6/2023).
Program “Orang Tua Asuh” bagi anak termasuk kategori stunting diikuti oleh seluruh komponen di daerah penghasil aspal tersebut. Mulai dari tingkat desa (RT/RW, puskesmas), Organisasi Perangkat Daerah (OPD), Forkopimda, hingga pihak swasta ikut berperan aktif. Aksi intervensi percepatan penurunan angka stunting dilakukan secara kolaboratif guna mendukung terwujudnya “Buton Sehat, Bebas Stunting”.
Mantan Kepala BPKAD Sultra itu menuturkan bahwa sejak awal ia ditugaskan memimpin Buton pada akhir tahun 2022, angka stunting di wilayahnya sebesar 19 persen. Atas komitmennya, dalam kurun waktu kurang dari setahun dirinya berhasil menurunkan presentasi sebesar 2 persen. Tercatat, jumlah balita di Buton sebanyak kurang lebih sepuluh ribu. Jumlah ini diperoleh dari hasil perhitungan by name by address.
Para orang tua asuh memberi intervensi langsung sesuai kebutuhan anak stunting dan sesuai kemampuannya. Hal itu untuk menjaga agar asupan gizi anak-anak tergolong dengan pertumbuhan stunting tetap terpenuhi.
Stunting menurut World Health Organization (WHO) merupakan gangguan tumbuh kembang anak yang disebabkan kekurangan asupan gizi, terserang infeksi maupun stimulasi tidak memadai.
“Orang tua asuh ini sudah berjalan. Masing-masing memberikan asupan makanan bergizi langsung kepada anak stunting. Ada yang bawakan telur, ikan, sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan,” terangnya.
Skema dalam kebijakan “Orang Tua Asuh” dimaksud, lanjut Basiran dilakukan tanpa paksaan. Selain itu, juga merupakan gerakan peduli masyarakat Buton terhadap tingginya angka stunting di daerah mereka. Red