LAJUR.CO, KENDARI – Limbah sisa makanan masih mendominasi komposisi jenis sampah di Sulawesi Tenggara (Sultra). Angkanya mencapai 34,4 persen dari keseluruhan jenis sampah yang ada saat ini. Sementara itu, sampah plastik berada di posisi kedua dengan persentase 15,5 persen dari total komposisi sampah di Sultra.
Data dirilis Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Sultra, 51,8 persen keseluruhan sampah di Sultra bersumber dari limbah rumah tangga. Sisanya adalah limbah dari pasar tradisional, fasilitas publik, pusat perbelanjaan, dan perkantoran.
Sementara itu, kalkulasi timbulan sampah di Sultra mencapai 230.244 ton per tahun. Keberhasilan pengurangan dan penanganan sampah baru berkisar pada angka 13,82 persen dan 56,9 persen ton per tahunnya atau secara akumulasi mencapai 69,92 persen per tahun.
Tingginya persentase sampah sisa makanan dan plastik mendapat atensi serius Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Provinsi Sultra.
Kepala Seksi Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) DLH Sultra, Pandu Wiradinata mengatakan debit sampah di sejumlah Tempat Pembungaan Akhir (TPA) terus meningkat, termasuk di kawasan pemukiman dan ruang-ruang publik.
Penanganan sampah di Sultra, kata dia, tidak hanya terkendala minim kesadaran masyarakat, fasilitas dan peralatan pengangkutan sampah. Dari sisi dukungan regulasi dan komitmen pemerintah daerah belum menjadikan persoalan sampah sebagai prioritas.
Jumlah titik pembuangan sampah di kawasan perumahan yang sangat minim juga menjadi salah satu pemicu meningkatnya masalah penumpukan sampah tersebut. Kondisi ini diperburuk rendahnya kesadaran masyarakat membuang sampah pada tempatnya.
“Ini memang masalah. Selain sampahnya sangat banyak, kesadaran masyarakat untuk memilah sampah dan tidak membuang sampah sembarangan juga masih kurang. Fasilitas dan anggaran dari pemerintah masih belum cukup,” ucap Pandu, Senin (16/10/2023).
Ketika ada tempat pembuangan sampah di area perumahan, kata Pandu, beberapa oknum ada yang sengaja menutup hingga tumpukan sampah meluber kemana-mana.
“Titik pembuangan sampah sangat sedikit, bahkan tidak ada di area perumahan. Kalau ada kadang juga di demo bahkan dihancurkan karena menggangu aktifitas mereka,” lanjutnya.
Laporan : Ika Astuti