LAJUR.CO, KENDARI – Peternak ayam asal Kecamatan Konda, Kabupaten Konawe Selatan (Konsel), Ulun Nasrun menyampaikan keluhan tentang kondisi harga pakan unggas yang cukup tinggi. Hal ini disampaikan Ulun di hadapan Pj Gubernur Sulawesi Tenggara (Sultra) Andap Budhi Revianto saat rapat bersama pengamanan pasokan dan harga bahan pangan jelang Ramadan di Aula Kantor Gubernur Sultra bersama instansi terkait, Jumat (8/3/2024).
Kata Ulun, tingginya harga pakan unggas terutama jenis jagung serta dedak padi sangat mempengaruhi harga daging ayam maupun telur di tingkat peternak. Sebab, kebutuhan pakan memberi andil 80 persen dari total produksi telur maupun daging ayam.
“Kalau pakan tinggi, pasti harga ayam dan telur naik. Kurang lebih biaya produksi 80 persen dari pakan. Pakan yang kita pakai dari jagung. Kalau jagung tinggi, pakan pasti tinggi. Otomatis berpengaruh ke harga telur atau ayam,” jelas lulusan Teknik Kimia FTI-UMI yang kini melakoni profesi sebagai peternak ayam dengan konsep urban farming berbasis zero waste.
Selama ini, Ulun memproduksi sendiri kebutuhan pakannya dibanding harus mengimpor dari luar Sultra yang harganya mahal. Mesin pakan miliknya mampu memproduksi 2 ton pakan perhari. Pakan diproduksi terdiri dari komposisi jagung, dedak, protein, limbah kepala udang dan ikan torobulu.
Harga gabah yang saat ini tinggi, praktis menyebabkan bahan baku dedak padi ikut melambung. Kondisi tersebut membuat peternak ayam seperti Ulun resah karena mesti melakukan penyesuaian harga ayam dan telur.
“Indikasi beras tinggi, bisa cek
dedak pasti tinggi, harga yang lain pasti naik,” kata Ulun kepada Pj Gubernur Sultra Andap.
Bagi Ulun, ini adalah pengalaman pertama ia diajak berbicara langsung dengan 01 Sultra mengutarakan uneg-uneg selaku penyedia pasokan kebutuhan ayam dan telur lokal. Ia pun mengaku senang lantaran pemerintah mau mendengarkan keluhan akar rumput tentang fakta yang dialami petani maupun peternakan seperti dirinya.
Hal tersebut juga diakui salah seorang petani asal Konawe bernama Sultan, menjawab pertanyaan Andap Budhi saat kondisi riil dialami petani kala harga beras melambung. Kata Sultan, padi yang diproduksi banyak yang dijual ke Selatan (Sulsel,red) karena patokan harga yang menguntungkan serta keterbatasan alsintan (alat dan mesin pertanian).
“Waktu menteri datang, lahan saya jadi tempat parkir tapi tidak pernah dapat bantuan. Kita minta bantuan alat sortir. Gabah saya produksi sendiri kelola sendiri,” cetus pria paruh baya tersebut.
Keluhan petani dan peternak tersebut, kata Andap menjadi catatan khusus. Ia juga meminta agar dinas terkait menyusun kebijakan yang cepat dan tepat sasaran, sesuai dengan fakta terjadi di lapangan mengantisipasi lonjakan harga pangan.
“Ini adalah tugas kita sebagai pemerintah yang atur semua. Terimakasih untuk masukannya. Pelan-pelan kita perbaiki,”ujar Andap.
Khusus keluhan disampaikan petani asal Konawe, Andap mengatakan penyediaan alsintan akan menyesuaikan dengan kondisi APBD Sultra. Terlebih harga alsintan dibutuhkan petani butuh anggaran besar.
“Kalau memadai dari postur APBD. Skenarionya APBD-P nanti di bulan 10-11 ada perubahan,” kata Andap.
Untuk diketahui rapat pengamanan pasokan dan harga pangan dipimpin PJ Gubernur Sultra dihadiri Kepala Perwakilan BI Sultra Doni Septadijaya, Kepala BPS Sultra Agnes Widiastuti, Kepala Bulog Sultra Siti Mardati Saing, Kepala Dinas Koperasi Sultra LM Shalihin, Kepala Distanak Sultra LM Ruslan Emba, sejumlah kepala daerah, distributor dan pelaku bisnis ritel di Sultra.