BERITA TERKINIHEADLINE

Potensi Budidaya Maggot Bank Sampah Konawe Kini Dilirik BI Sultra

×

Potensi Budidaya Maggot Bank Sampah Konawe Kini Dilirik BI Sultra

Sebarkan artikel ini

LAJUR.CO, KENDARI – Budidaya maggot semakin berkembang sebagai solusi pengelolaan sampah organik yang ramah lingkungan sekaligus membuka peluang ekonomi baru. Salah satu pelaku usaha yang menekuni bidang budidaya manggot di Sultra adalah Aswan. Ia merupakan pendiri Bank Sampah Bumi Mepokoaso di Kabupaten Konawe.

Selama tiga tahun terakhir, Aswan bersama timnya mulai menjalankan usaha budidaya maggot. Potensi limbah organik yang melimpah di Konawe serta nilai jual tinggi menjadi alasan Bank Sampah Bumi Mepokoaso mengembangkan project budidaya maggot.

Selain punya nilai ekonomis, budidaya maggot terbukti mampu mengurangi sampah organik yang selama ini menjadi masalah lingkungan.

Kesuksesan budidaya maggot, ujar Aswan turut mendapatkan perhatian dari pemerintah karena membantu menekan timbulan sampah di tengah masyarakat. Kepala Dinas Koperasi, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Provinsi Sultra, serta Ketua DPRD Bombana turut melakukan studi tiru terkait program budidaya maggot di Konawe.

“Saya mulai budidaya larva maggot tiga tahun lalu. Awalnya hanya skala kecil atau rumahan yang berfokus mempelajari siklus perkembangan maggot,” ujar Aswan, Selasa (4/2/2025).

Baca Juga :  4 Manfaat Rutin Konsumsi Bawang Hitam, Termasuk Jaga Kesehatan Jantung

Program budidaya maggot dirintis Bank Sampah Bumi Mepokoaso bahkan telah menarik perhatian banyak pihak, termasuk Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sulawesi Tenggara (Sultra).

“Bukan hanya BI, banyak juga pihak swasta yang tertarik berkolaborasi dengan kami. Salah satu mitra terbaru adalah PT MIDI Indonesia Sulawesi Tenggara (Sultra), yang bekerja sama dalam program Kampung Merdeka Sampah,” tutur Aswan.

Sebagai bentuk keseriusan mendukung program budidaya maggot dijalankan Bank Sampah Bumi Mepokoaso, BI Sultra memberikan bantuan mesin ekstraksi minyak Maggot yang punya nilai jual tinggi di pasaran.

Larva maggot diolah menjadi minyak yang bermanfaat untuk obat luar dan kosmetik berbasis kolagen. Selain itu, maggot menjadi alternatif pakan bernutrisi tinggi untuk ikan dan unggas.

“Kami sudah memiliki mesin dari BI untuk produksi minyak maggot, namun belum kami uji coba,” kata Aswan.

Baca Juga :  Ancaman Narkoba di Kalangan Pelajar, Kepala Sekolah Diminta Waspada

Budidaya maggot bukan hanya sekadar menghasilkan produk maggot oil yang menciptakan peluang bisnis, namun menjadi solusi kongkret untuk mengatasi masalah sampah organik yang ramah lingkungan. Maggot dapat mereduksi sampah organik yang selama ini menimbulkan masalah pencemaran lingkungan.

Kata Aswan, meski terlihat mudah, budidaya maggot menghadapi tantangan. Diantaranya ancaman serangan hama seperti tikus, semut, kodok, kadal, cecak, ayam, dan burung.

 

“Tantangan utamanya adalah ketersediaan pakan yang harus selalu ada. Setiap hari kami harus mengangkut limbah organik dari sisa makanan di restoran, pasar, dan hotel,” ucap Aswan.

Ia bercerita, proses budidaya maggot terbilang singkat. Dimulai dengan menetaskan telur dari lalat tentara hitam (Black Soldier Fly) yang akan menetas menjadi larva selama tiga hari. Setelah menetas, larva dipindahkan ke biopond pembesaran selama 16 hari hingga mencapai ukuran maksimal.

Baca Juga :  DP3A Kota Kendari Roadshow Wujudkan Sekolah Aman Bebas Dari Kekerasan

“Untuk pupa maggot, harus berusia 21 hari sebelum dipindahkan ke kandang lalat BSF untuk berkembang menjadi lalat dewasa dan menghasilkan telur baru,” jelas Aswan.

Permintaan pasar terhadap maggot cukup tinggi. Selain bisa bisa menghasilkan maggot oil, belatung ini banyak diburu pembudidaya ikan sebagai bahan baku pembuatan pakan.

Dengan semakin berkembangnya budidaya maggot, Aswan berharap pemerintah dapat lebih aktif dalam memberikan pendampingan kepada para pembudidaya.

“Saat ini, binaan kami sudah ada 40 pembudidaya yang tergabung dalam Koperasi Bumi Maggot Mandiri. Kami berharap pemerintah lebih fokus dalam mendukung usaha ini,” katanya.

Ketgam 3: Kepala DLH Sultra Andi Makkawaru serta Kepala Dinas Koperasi & UMKM Sultra LM Shalihin meninjau program budidaya maggot Bank Sampah di Konawe.
Kepala DLH Sultra Andi Makkawaru serta Kepala Dinas Koperasi & UMKM Sultra LM Shalihin meninjau program budidaya maggot Bank Sampah di Konawe.

Ia berharap lebih banyak anak muda yang tertarik menekuni budidaya maggot karena usaha ini memiliki dampak positif bagi lingkungan dan ekonomi.

“Semoga pihak swasta dan BUMN lebih memperhatikan dan mau terlibat dalam kegiatan lingkungan seperti budidaya maggot yang mampu mereduksi sampah organik dalam jumlah besar,” tutup Aswan.

Laporan: Ika Astuti

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x