SULTRABERITA.ID, KENDARI – Proyek pembangunan talud di Pulau Runduma oleh Pemerintah Kabupaten Wakatobi menuai kecaman dari sejumlah pemerhati lingkungan di Wakatobi.
Pagar batu pengaman pantai yang dipasang sepanjang pesisir pantai Runduma diyakini bakal merusak habitat penyu di sana.
Salah seorang pemerhati lingkungan asal Wakatobi, Seto Aryadi mengungkap keprihatinan atas tindak ‘pengrusakan’ habitat penyu di Runduma.
“Kami dapat informasi dan fotonya dari masyarakat sana. Memprihatinkan. Dari sisi habitat penyu, talud ini sangat menggangu. Bagaimana bisa penyu yang hendak bertelur di Runduma harus melompat talud untuk sampai ke pulau,” ujar Seto.
Sebagaimana diketahui, Pulau Runduma merupakan surga bagi koloni penyu yang hendak bertelur. Pulau yang terletak di Laut Banda itu mendapat pengawasan khusus dari Balai Konservasi Wakatobi sebagai pusat aktifitas perkembangbiakan hewan penyu.
Setiap tahun ribuan reptil bercangkang keras itu rutin mendatangi pulau ini untuk beranak pinak.
Pembangunan talud, tentu akan sangat menggangu proses hilir mudik penyu yang hendak bertelur di Pulau Runduma.
“Baiknya pemerintah mengkaji lebih dulu sebelum membangun proyek talud di Runduma. Baiknya mengonlsultasikan dengan lembaga pemerhati lingkungan. Kalau alasan abrasi, setahu saya Runduma punya karang penghambat abrasi,” jelas Seto.
Dikonfirmasi terpisah, Bupati Wakatobi, Arhawi belum bisa memberi komentar panjang. Ia menyatakan akan meninjau ulang proyek talud di Pulau Runduma.
“Nanti kami cek kembali,” singkat politisi Golkar itu dijumpai di Kendari, Selasa 26 November 2019.
Informasi dihimpun Sultraberita.id, proyek talud di Pulau Runduma masuk dalam program BPBD Pemkab Wakatobi tahun 2019. Pembangunan pagar pengaman pantai ini menelan anggaran sekitar Rp 458 juta. Adm