BERITA TERKINILIFE STYLEPERISTIWA

Kisah La Masili Hingga Aksi Galang Dana Pada Pemutaran Perdana Film Hati Kaghati

×

Kisah La Masili Hingga Aksi Galang Dana Pada Pemutaran Perdana Film Hati Kaghati

Sebarkan artikel ini

Kendari – Pemutaran perdana Film Hati Kaghati Rabu 27 November 2019 di Bioskop Hollywood Kendari sukses menuai pujian. La Masuki dan sejumlah tokoh di balik layar Film Kaghati turut tampil pada momen tersebut.

La Masili pengrajin Layang-Layang Kaghati asal Kabupaten Muna tokoh utama Film Hati Kaghati

Film dokumenter berlatar Desa Waara Kecamatan Lohia Kabupaten Muna mengulas kisah nyata pengrajin layang-layang purba asal Pulau Jati, La Masili. Bagaimana pria paruh baya itu berjuang membawa Kaghati mengangkasa ke berbagai belahan dunia. Diantaranya negara Prancis, Jepang dan Malaysia.

Tepuk tangan dari penonton beberapa kali riuh terdengar di tengah pemutaran film. Terutama saat La Masili bercerita tentang liku perjalanannya memboyong Kaghati tampil dalam berbagai even manca negara.

Bahkan secara spontan penonton melakukan aksi penggalangan dana untuk membantu La Masili dalam program mengenalkan tradisi layang – layang Kaghati ke publik. Aksi galang dana berlangsung saat Talk Show usai pemutaran film Kaghati di Bioskop Holywood.

Baca Juga :  Melihat Tradisi Salat Jumat 'Unik' di Masigino Wuna

“Semoga dana yang terkumpul seadanya bisa membantu Pak La Masili. Kedepan kita berharap stakeholder memberi perhatian serius, mensuport mereka yang betul-betul berdedikasi menjaga warisan budaya lokal seperti Pak Masili,” ujarnya.

Aksi solidaritas penggalangan dana digawangi Direktur Alpen Sultra, Hasmida Karim dilatarbelakangi keprihatinan akan kisah La Masili.

Direktur Alpen Sultra, Hasmida Karim menggalang dana untuk membantu Bapak La Masili dalam upaya melestarikan Layang-Layang Kaghati di Kabupaten Muna. Pengrajin layang-layang kuno itu tinggal terhitung jari. Sangat sedikit generasi muda yang tertarik membuat layang-layang Kaghati.

Ia berharap film besutan Tony Almijun dapat menggugah hati pemerintah agar ikut andil membantu masyarakat yang berdedikasi mengangkat ikon sejarah lokal ke kancah nasional dan internasional.

Dalam film itu disebutkan, La Masili beberapa kali terpaksa menjual layang yang terbuat dari daun umbi hutan (Kolope) miliknya membiayai tiket perjalanan mengikuti berbagai pameran.

Nyaris tak ada suport dari pemerintah. Padahal kala itu, Kaghati karya La Masili sukses membawa nama Sultra memenangi panggung pameran nasional dan internasional.

Film dokumenter ‘Hati Kaghati’ dimotori Bajo Bangkit dan Direktorat Sejarah dan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan mengulas bagaimana proses pembuatan layang-layang tradisional Kaghati hingga catatan prestasi La Masili mengenalkan layang-layang Kaghati.

Baca Juga :  Melihat Ragam Produk Olahan Porang di Pameran Misi Dagang & Investasi Jatim-Sultra

Tahun 2014, Kaghati karya La Masili masuk dalam rekor MURI sebagai layang-layang terbesar. Tahun 2016, layang-layang kuno itu sukses tercatat di Guinness World Records.

Kaghati perdana tampil di even dunia di Prancis tahun 1996. La Masili kala itu mendapat undangan khusus dari pencinta layang-layang di negeri Menara Eifel itu.

“Kita punya perasaan kayak mau terbang ke langit ke tujuh waktu sampai di sana (Prancis). Orang di sana kagum liat ada layang-layang dari daun. Dari Prancis banyak negara lain yang undang. Saya sempat jual layang-layang karena sudah tidak ada biaya mau pulang. Dari pemerintah tidak ada bantuan memang,” ulas La Masili.

Kaghati diketahui telah mengubah kiblat mengenai sejarah layang-layang di dunia. Klaim jika permainan purba ini berasal dari China dipatahkan dengan hadirnya layang-layang Kaghati asal Muna. Khaghati konon sudah ada sejak 4000 tahun silam. Catatan sejarah Kaghati terukir nyata di Gua Liangkabori dan menjadi bagian kearifan lokal masyarakat suku Muna sejak zaman pra sejarah.

Baca Juga :  Polres Kendari Bekuk Biang Rusuh di Dekat Kampus UHO

Bahan baku Kaghati terbuat dari daun kian manambah bukti otentik jika layang-layang asal Muna ini lebih dulu ada dibanding layang-layang asal China yang terbuat dari kertas.

Oleh sang Sutradara Tony Almijun Kibu menyatakan Film Hati Kaghati merupakan bentuk persembahan cinta terhadap layang-layang purba asal Kabupaten Muna.

“Proses pembuatan film ini memakan waktu 4 bulan. Setelah di bioskop ini kita berharap banyak yang tersentak dengan sejarah Kaghati. Karena sangat sedikit yang peduli tentang sejarah padahal ini sangat penting. Dari film ini, saya pun cukup kaget, kok bisa situs sejarah kuno yang letaknya cuma sejengkal dibiarkan begitu saja oleh pemerintah,” ujarnya. Adm








0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x