LAJUR.CO, KENDARI – Kondisi infrastruktur jalan menuju Dermaga Pajala di Desa Pajala, Kecamatan Maginti, Kabupaten Muna Barat (Mubar), kini memprihatinkan. Jalan yang seharusnya menjadi akses utama bagi para nelayan dan masyarakat sekitar, tampak rusak parah.
Pantauan awak lajur.co pada Selasa (8/4/2025), aktivitas di dermaga masih berlangsung, didominasi oleh para nelayan yang baru kembali melaut dan mengangkut hasil tangkapan mereka ke daratan.
Tampak anak-anak bermain di tepi laut, mencari kerang untuk konsumsi pribadi. Mereka berlomba mendapatkan kerang maupun kepiting di antara pepohonan mangrove.
Meski dermaga ini menjadi titik penting ekonomi lokal, akses menuju lokasi justru sangat butuh perhatian khusus. Sepanjang ruas jalan rerata berlubang, dan berubah menjadi kubangan lumpur saat hujan turun.
Selain menjadi jalur aktivitas ekonomi, kawasan ini sebenarnya menyimpan potensi wisata bahari yang menjanjikan. Perairannya yang tenang dan hamparan pasir di sepanjang pantai menjadi daya tarik tersendiri.
Di pantai ini, para pelancong akan mendapati satu keunikan khas yakni pasir berwarna merah. Hamparan pasir langka yang ditemukan di ujung Bumi Praja Laworo ini dikenal dengan sebutan Bone Kadea (pasir merah).
Saat matahari terbenam, keindahan pantai semakin mempesona. Wisatawan akan bebas memilih spot foto dari berbagai angle. Diantaranya ada kapal dan perahu yang tengah parkir di bibir pantai.
Bahkan, hutan mangrove tak kalah menarik untuk dijadikan background selfie. Sayangnya, kondisi jalan yang tidak memadai menjadi penghambat utama untuk mengakses destinasi wisata pesisir ini.
Sejak memasuki Desa Abadi Jaya menuju ke Desa Pajala, pengendara akan melintasi ruas jalan yang rusak tersebut. Sesekali harus merasakan nasib apes kala mendapati lubang jalan yang tergenang.
Seyogyanya perjalanan menggunakan sepeda motor dapat ditempuh selama kurang lebih satu jam, apabila mengaspal di jalan mulus. Oleh karena jalan berlubang, maka pengunjung destinasi tersebut harus menghabiskan waktu berjam-jam di perjalanan. Red